Wednesday, September 29, 2021

ICIP-ICIP DI WARUNG INUL

  

Menu pilihanku di Warung Inul


    Ini menu yang saya pilih pas makan di Warung Inul. Nasi cikur dengan pepes ikan teri favoritku. Pepes tahu, goreng tempe, karedok dan sambel lalap. Sambelnya ada 2. Sambel biasa dan sambel bo'ong alias sambel gak pedas. Oh ya, sekantong kerupuk. Segini aja udah kenyang banget dan uenaknya poll. Harganya? Relatif murah. Gak lebih dari seratus ribu perak. 

Monday, November 30, 2020

Cerita dari Sebuah Taman di Lembang



Mencari tempat-tempat terbuka di masa pandemi covid-19 ini, merupakan pilihan yang menjadi lirikan banyak orang. Bisa jalan-jalan, tetapi protokol kesehatan tetap menyertai kemanapun dan dimana pun kita berada.

Saturday, October 31, 2020

Tiga Hari Bersama Pinisi

Ini bukunya, Jejak Langkah Puan

 Kali ini saya ingin cerita sebuah buku traveling berjudul Jejak Langkah Puan. Buku ini ditulis oleh 20 orang  perempuan penjelajah Indonesia, yang menceriterakan perjalanannya di negeri ini. Itu sebabnya buku ini dinamai Jejak Langkah Puan. Sebab inilah cerita dari para perempuan. Puan = perempuan.

Siapa aja mereka? Mereka memang memiliki bermacam-macam profesi. Ada yang ibu rumah tangga, journalis, editor, travel organiser dan lainnya. Mau tau namanya ? Nah ini mereka :


Nama para penulisnya

Saya ada diantara mereka. Saya menulis “ Tiga Hari Bersama Pinisi”. Ceritanya adalah perjalanan saya bersama temen-temen dari komunitas orang-orang yang doyan jalan-jalan. Tour organisernya Travelmate Indonesia. Jadi dengan kapal pinisi ini saya dan teman-teman yang jumlahnya 20 orang itu berangkat dari Lombok (NTB - Nusa Tenggara Barat)  menuju ke Labuan Bajo (NTT – Nusa Tenggara Timur).

Perjalanan berlangsung selama 3 hari 2 malam dan kapal mampir dan berhenti di Pulau Kenawa, Pulau Moyo, Pulau Satonda dan Gili Laba. 3 pulau yang pertama masih berada di NTB dan Gili Laba itu sudah masuk NTT. Setelah dari Gili Laba, kapal menuju Labuan Bajo. Di Labuan Bajo, kami ganti kapal lagi menjadi 2 kapal yang lebih kecil dan kami berlayar lagi ke pulau-pulau di area Taman Nasional Komodo.

Sebenarnya bisa aja sih ke Labuan Bajo itu langsung. Misal dari Jakarta ada pesawat langsung Jakarta – Labuan Bajo. Sedangkan dari Bandung, routenya bisa transit di Denpasar dan setelah itu langsung ke Labuan Bajo. Dalam waktu beberapa jam sudah tiba di Labuan Bajo.

Sengaja saya memilih perjalanan naik kapal pinisi ke sana dari Lombok ke Labuan Bajo yang 3 hari 2 malam itu. Saya penasaran aja dengan perjalanannya yang naik kapal lewat lautan. Ternyata perjalanannya itu seru banget. Dari awal saja udah seru. Pesertanya begitu sampai di kapal sudah langsung heboh berfoto. Belum lagi ketika gelombang ombak yang besar. Wah, pokoknya banyak sekali hal-hal yang tak di duga deh di kapal ini.

Dari Lombok peserta trip naik kapal pinisi dari Pelabuhan Kayangan. Semangat semua waktu naik kapal. Gak tau berapa lama perjalanannya, tau-tau kapal sudah berhenti di sebuah pulau. Pulau Kenawa namanya. Pulau kecil yang cantik. Semua berhamburan di pulau dengan savana hijaunya.

“Wouw .... keren banget”, begitu ungkapan surprise banyak teman.

Pulau Kenawa - NTB

Menjelang matahari terbenam, kami semua naik kapal. Nah disitulah serunya malam hari di kapal. Takut ..... dan saya pun tertidur di kamar berdua dengan Anggun Kemalaw. Bangun-bangun, pagi hari kami sudah nyampai di Pulau Moyo. Turun dari kapal, masuk hutan kecil berjalan kaki. Dan ......sampai deh kami di sebuah air terjun yang deras. Air terjun Oi Bada namanya.

“ Asyik ya airnya seger “, celetuk seorang teman. Membuat teman-teman yang tadinya ogah main di air gerojokan jadi ikut mandi di air terjun yang airnya lumayan deras.

Air Terjun Oi Bada di Pulau Moyo 

Selesai mandi-mandi, naik kapal lagi. Kami menikmati perjalanan ini dengan berbagai kegiatan. Ada yang langsung mandi. Ada yang leyeh-leyeh. Ada juga main gitaran dan duduk-duduk sambil menikmati pemandangan laut yang dilewati kapal.

“ Siap-siap turun”, terdengar awak kapal woro-woro pada kami.

Gak berasa siang itu kami sudah tiba di Pulau Satonda. Kami turun dan segera melihat Danau Satonda. Danaunya tenang dan gak ada yang berenang atau pun bermain perahu. Menikmati pemandangan di situ udah lega banget.

Danau Satonda - NTB

Abis itu keluar dari lokasi danau dan segera ke tepi pantai. Sempet minum air kelapa. Gak sabar mau snorkling. Ternyata bawah lautnya bagus banget.

Snorkling di Pulau Satonda

Dari sini siang hari lewat malam yang nakutin soalnya ombak besar. Dan ternyata pagi hari udah nyampe di Gili Laba. Pulau yang satu ini juga super keren. Gak usah diceritaain, ngeliat salah satu foto aja udah bisa mengebayangin kan ?

Gili Laba

Setelah dari Gili Laba yang udah di NTT itu, kami berangkat menuju Labuan Bajo untuk ngikutin acara beritkutya. Sepanjang jalan menuju Labuan Bajo keren banget pemandangannya.  Banyak spot cantik. Ini salah satunya.


Pemandangan cantik dari Gili Laba ke Labuan Bajo

Dan setelah melalui perjalanan laut mungkin 2 jaman gitu, akhirnya nyampe di Labuan Bajo. Masuk Prlabuhan di Labuhan Bajo, wuah begitu banyak kapal-kapal. Ganti kapal. 

Suasana pelabuhan di Labuan Bajo dari sebuah bukit.

Kami lantas ganti kapal. Petualangan berikutnya segera dimulai mengelilingi pulau2 cantik di kawasan Taman Nasional Komodo. Nantikan cerita petualangan berikutnya. Ira***

Sunday, August 30, 2020

Kulineran Sore Hari di Makasar

 


                Tadi siang saya makan es pisang ijo. Es pisang ijo saya kenal pertama di tahun 80 an di Makasar. Dulu hanya bisa makan es pisang ijo di Sulawesi saja dan bisa juga dikeluarga atau teman yang merantau atau keluarga dan kenalan yang memang dulunya pernah tugas di Sulawesi.

                Terakhir saya makan es pisang ijo di Makasar dan mampir di Warung Bravo yang terkenal itu. Dalam daftar menu, saya melihat ada beberapa pilihan. Es pisang ijo, es palubutung, es jeruk dan es kelapa muda, es buah-buah, jus bravo, dan berbagai pilihan jus buah. Kopi dan minuman botol pun ada.

                Buat saya yang emang kangen bener dengan cita rasa asli es khas kulineran sulawesi ini pilihan saya antara es palubutung atau es pisang ijo. Duh udah kebayang enaknya es pisang ijo itu, pisang yang di lapisi dengan tepung ketan berwarna hijau, lalu diberi saus fla komplit dengan sirop merah mudanya. Wah mantap. Terus terang yang saya bayangkan enaknya pisang ijo itu, saya dapatkan di Warung Bravo.

                Kenapa begitu? Soalnya sekarang udah di tahun 2000 an, es pisang ijo sudah mudah di dapat di kota Bandung. Ada banyak yang membuat dan menjual es pisang ijo ini. Hanya saja, es pisang ijo yang ditawarkan itu sudah dimodifikasi. Sering diberi toping coklat lah, chery dan berbagai topping lainnya. Sehingga mengubah rasa es pisang ijo itu sendiri. 

                Makanya kalau ada penjual es  aneka rupa dan salah satunya es pisang ijo saya harus lihat-lihat dulu. Biasanya yang di tempat seperti ini di Bandung, banyak modifikasinya. Ternyata mereka menjual es pisang ijo yang dengan modifikasi itu ya ada alasannya. "Banyak yang suka kok es pisang ijo ini. Tiap hari laris manis", ungkap seorang penjual berbagai es minuman segar. Tapi kalau saya membeli es pisang ijo yang memang khusus menjual makanan sulawesi, oh, jangan khawatir. Cita rasa es pisang ijonya terjamin. Original. 




                Yang ini es palubutung. Beberapa teman ada yang pesan es palubutung. Ini juga enak lho makanya beberapa temanku memilih es palubutung. Soal rasa sih sama aja ya. Tapi di sini beda dipisangnya aja. Kalau es pisang ijo itu, pisangnya pake pisang kepok. Sedangkan es palubutung menggunakan pisang raja. Jadi kalau yang senang pisang kepok, so pasti pilih es pisang ijo. Tapi penggemar pisang raja, pastinya memilih es palibutung. Soal selera saja/ 

                Jadi teringat ya di masa sebelum covid-19. Di masa itu pergi beramai-ramai seperti ini begitu mudahnya kita bertukar rasa. Pesan ini dan pesan itu, saling icip-icip. Meski sudah dikatakan jangan dibiasakan makan beramai-ramai untuk icip sana sini, tetap saja kejadiannya karena sudah saling kenal, jadi bertukar-tukar makanan. Semoga adanya covid-19 ini, membuat kita semua lebih menjaga kebersihan dan kesehatan. Pastinya, sekarang sudah tidak berani lagi begitu. Yang dipilih ya itulah yang dimakan. Pilihan teman cukup dilirik saja. 

                Di Warung Bravo ini ada juga banyak pilihan menu utama. Nasi campur, Nasi goreng, sate ayam, bakso, soto ayam dan lainnya. Tapi karena saat itu nanggung waktunya, saya dan teman-teman memang memilih penganan yang ringan-ringan saja sebelum makan malam. Soalnya malam hari sudah berencana akan makan mie titi di sekitar Pantai Losari yang merupakan pusat kulineran di malam hari. 





               Ada beberapa pilihan penganan kecil. Baruasa, jalangkote, lumpia juga ada kolakke're. Pilihan saya jalangkote. Teman saya penasaran melihat nama yang aneh. Pas makanan pilihannya keluar, “oh, pastel tho ....”. Ya ..., jalangkote memang pastel sih kalo menurut saya. Hanya bentuknya memang gendut dan montok. Trus kulitnya juga lebih tipis dari pastel. Tapi isinya boleh dibilang sama. Sayuran bisa wortel atau taoge yang ditambah dengan bihun.   Lagi-lagi, enak banget. Sesuai deh dengan ekspektasi saya.

                Terus terang siang itu, menyantap seporsi es pisang ijo dan beberapa jalangkote aja saya udah kekenyangan. Soalnya sebelumnya saya, sudah makan coto makasar dan juga gogos. Ya, gogos itu model lemper berisi ikan cakalang. Tapi gendut-gendut juga. Jadi mengenyangkan. Pastinya saya ingin banget, kapan gitu cerita makanan khas Sulawesi lainnya. Duh, ikan-ikan bakarnya yang asyik. Otak-otaknya, ulujuku, pisang epenya. Dan masih banyak lagi yang bisa di ceritakan.

                Ini hanya cerita sepotong hari saat icip-icip kulineran di Makasar - Sulawesi Selatan. Kayak ngupi-ngupi syantik gitu ....

 

Tuesday, June 30, 2020

Majene dari Pantai ke Pantai


Pemandangan keren dari hotel tempat saya menginap. 


Pagi itu, saya menikmati sekali makan pagi yang disajikan Hotel Villa Bogor Leppe. Namanya ada Bogornya, tapi sebenarnya letaknya bukan di Jawa Barat, tetapi terletak  di Teluk Mandar.  Saya nggak tau apakah nasi goreng itu betul-betul enak, atau rasa enaknya nasi goreng itu lantaran suasana tempat makannya ada di tepi pantai. Dari sebuah ketinggian itu, sambil sarapan saya menikmati pemandangan laut nan indah. Ditambah dengan buaian angin yang terasa sepoi-sepoi dan juga mata saya tak lepas mengikuti gerak ombak yang berkejaran. 

***

Sunday, May 31, 2020

Sepi Gegara Corona



Warna warni bunga tulip di Keukenhof

Tadi malam saya sempat menonton salah satu pemberitaan di televisi yang menceritakan kondisi Taman Bunga Tulip di Keukenhoff Negeri Belanda. Wah, sepi  tamannya. Tak nampak ada tamu. Saat ini taman tersebut memang ditutup lantaran untuk memutus penyebaran virus corona.

Friday, January 31, 2020

Suatu Pagi di Kampung Bena




Kampung Bena
Kampung tradisional yang beken di Flores tak hanya Waerebo. Lumayan banyak. Tapi salah satunya yang saya sempat mampir adalah Kampung Bena. Kampung ini terletak dalam perjalanan, sewaktu saya melakukan perjalanan dari Maumere ke Labuan Bajo. Terletak di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.

Terbayang-bayang Pulau Maratua

Terbayang - bayang Pulau Maratua

Sore hari di Pulau Maratua Dalam trip saya ke Kepulauam Derawan, maka saya singgah di beberapa pulaunya. Di antaranya  pulau Maratua,...

Main Ke Stone Garden