Sunday, August 30, 2020

Kulineran Sore Hari di Makasar

 


                Tadi siang saya makan es pisang ijo. Es pisang ijo saya kenal pertama di tahun 80 an di Makasar. Dulu hanya bisa makan es pisang ijo di Sulawesi saja dan bisa juga dikeluarga atau teman yang merantau atau keluarga dan kenalan yang memang dulunya pernah tugas di Sulawesi.

                Terakhir saya makan es pisang ijo di Makasar dan mampir di Warung Bravo yang terkenal itu. Dalam daftar menu, saya melihat ada beberapa pilihan. Es pisang ijo, es palubutung, es jeruk dan es kelapa muda, es buah-buah, jus bravo, dan berbagai pilihan jus buah. Kopi dan minuman botol pun ada.

                Buat saya yang emang kangen bener dengan cita rasa asli es khas kulineran sulawesi ini pilihan saya antara es palubutung atau es pisang ijo. Duh udah kebayang enaknya es pisang ijo itu, pisang yang di lapisi dengan tepung ketan berwarna hijau, lalu diberi saus fla komplit dengan sirop merah mudanya. Wah mantap. Terus terang yang saya bayangkan enaknya pisang ijo itu, saya dapatkan di Warung Bravo.

                Kenapa begitu? Soalnya sekarang udah di tahun 2000 an, es pisang ijo sudah mudah di dapat di kota Bandung. Ada banyak yang membuat dan menjual es pisang ijo ini. Hanya saja, es pisang ijo yang ditawarkan itu sudah dimodifikasi. Sering diberi toping coklat lah, chery dan berbagai topping lainnya. Sehingga mengubah rasa es pisang ijo itu sendiri. 

                Makanya kalau ada penjual es  aneka rupa dan salah satunya es pisang ijo saya harus lihat-lihat dulu. Biasanya yang di tempat seperti ini di Bandung, banyak modifikasinya. Ternyata mereka menjual es pisang ijo yang dengan modifikasi itu ya ada alasannya. "Banyak yang suka kok es pisang ijo ini. Tiap hari laris manis", ungkap seorang penjual berbagai es minuman segar. Tapi kalau saya membeli es pisang ijo yang memang khusus menjual makanan sulawesi, oh, jangan khawatir. Cita rasa es pisang ijonya terjamin. Original. 




                Yang ini es palubutung. Beberapa teman ada yang pesan es palubutung. Ini juga enak lho makanya beberapa temanku memilih es palubutung. Soal rasa sih sama aja ya. Tapi di sini beda dipisangnya aja. Kalau es pisang ijo itu, pisangnya pake pisang kepok. Sedangkan es palubutung menggunakan pisang raja. Jadi kalau yang senang pisang kepok, so pasti pilih es pisang ijo. Tapi penggemar pisang raja, pastinya memilih es palibutung. Soal selera saja/ 

                Jadi teringat ya di masa sebelum covid-19. Di masa itu pergi beramai-ramai seperti ini begitu mudahnya kita bertukar rasa. Pesan ini dan pesan itu, saling icip-icip. Meski sudah dikatakan jangan dibiasakan makan beramai-ramai untuk icip sana sini, tetap saja kejadiannya karena sudah saling kenal, jadi bertukar-tukar makanan. Semoga adanya covid-19 ini, membuat kita semua lebih menjaga kebersihan dan kesehatan. Pastinya, sekarang sudah tidak berani lagi begitu. Yang dipilih ya itulah yang dimakan. Pilihan teman cukup dilirik saja. 

                Di Warung Bravo ini ada juga banyak pilihan menu utama. Nasi campur, Nasi goreng, sate ayam, bakso, soto ayam dan lainnya. Tapi karena saat itu nanggung waktunya, saya dan teman-teman memang memilih penganan yang ringan-ringan saja sebelum makan malam. Soalnya malam hari sudah berencana akan makan mie titi di sekitar Pantai Losari yang merupakan pusat kulineran di malam hari. 





               Ada beberapa pilihan penganan kecil. Baruasa, jalangkote, lumpia juga ada kolakke're. Pilihan saya jalangkote. Teman saya penasaran melihat nama yang aneh. Pas makanan pilihannya keluar, “oh, pastel tho ....”. Ya ..., jalangkote memang pastel sih kalo menurut saya. Hanya bentuknya memang gendut dan montok. Trus kulitnya juga lebih tipis dari pastel. Tapi isinya boleh dibilang sama. Sayuran bisa wortel atau taoge yang ditambah dengan bihun.   Lagi-lagi, enak banget. Sesuai deh dengan ekspektasi saya.

                Terus terang siang itu, menyantap seporsi es pisang ijo dan beberapa jalangkote aja saya udah kekenyangan. Soalnya sebelumnya saya, sudah makan coto makasar dan juga gogos. Ya, gogos itu model lemper berisi ikan cakalang. Tapi gendut-gendut juga. Jadi mengenyangkan. Pastinya saya ingin banget, kapan gitu cerita makanan khas Sulawesi lainnya. Duh, ikan-ikan bakarnya yang asyik. Otak-otaknya, ulujuku, pisang epenya. Dan masih banyak lagi yang bisa di ceritakan.

                Ini hanya cerita sepotong hari saat icip-icip kulineran di Makasar - Sulawesi Selatan. Kayak ngupi-ngupi syantik gitu ....

 

Terbayang-bayang Pulau Maratua

Terbayang - bayang Pulau Maratua

Sore hari di Pulau Maratua Dalam trip saya ke Kepulauam Derawan, maka saya singgah di beberapa pulaunya. Di antaranya  pulau Maratua,...

Main Ke Stone Garden