Salah satu sudut kota Torino di lihat dari Pallazo Madama |
Saya tiba di Torino siang hari
sekitar pukul 3 siang di Stasiun Puorta Nuova, dijemput ponakanku Prana
Jiwandhana. Perjalanan beberapa jam dari
Roma tak terasa. Soalnya keretanya enak banget, nggak terasa suaranya. Tapi mau suaranya halus kek, keras kek, buat
saya sama saja. Artinya begitu duduk di kereta, saya pun langsung tidur. Pules.
Begitu buka mata, ternyata kereta sudah masuk Torino. Sobatku Russel, hiks,
kecian. Nggak pernah bisa tidur dalam perjalanan.
Salah satu koleksi Palazo Madame |
Dari stasiun kami langsung menuju hotel yang sudah dibooking beberapa hari sebelumnya. Hotelnya terletak di kawasan kota tua kota. Jadi
memang dekat banget dari setasiun. 5
menit jalan kaki. Hotel bintang 3 ini
hanya memasang tarif 69 euro permalam. Namanya Hotel Albergo Astoria di 10121 Torino – Italia – Via XX Settembre,
4 . Hotelnya sih nggak besar, tapi bersiih. Cukuplah untuk meletakkan badan dan
sedikit space untuk koper dan barang bawaan lainnya.
Selesai menyimpan koper, kami
jalan-jalan keliling kota. Berada di sana, sama seperti kota-kota di kawasan
eropa lainnya. Banyak gedung- gedung tua bergaya klasik. Bergaya ghotic. Jadi memang menyenangkan
untuk di nikmati sambil berjalan kaki. Pastinya sore itu saya sempat masuk di salah
satu museum, Pallazo Madama. Waduh, koleksinya ruar biasa.
Setiap ruang ada temanya sesuai dengan isi koleksinya. Pas masuk di ruang keramik dan kristal. Duh keramiknya aneh-aneh dan unik. Bentuk dan motif dekorasinya. Belum lagi kristal-kristalnya yang ada di lemari kaca. Disitu saya nggak cuman terkagum-kagum lantaran koleksinya yang sudah ratusan tahun dengan disainnya yang bagus, tapi perawatan museumnya itu lho. Di sana kan semua dari kaca. Tapi, saya nggak melihat sedikit pun debu di sana. Memang suasana di sana debunya tak sebanyak di Bandung. Tapi tetap saja perawatan yang seolah-olah semua berkilap dan seolah-olah tak berdebu itu lah yang bikin saya kagum.
Setiap ruang ada temanya sesuai dengan isi koleksinya. Pas masuk di ruang keramik dan kristal. Duh keramiknya aneh-aneh dan unik. Bentuk dan motif dekorasinya. Belum lagi kristal-kristalnya yang ada di lemari kaca. Disitu saya nggak cuman terkagum-kagum lantaran koleksinya yang sudah ratusan tahun dengan disainnya yang bagus, tapi perawatan museumnya itu lho. Di sana kan semua dari kaca. Tapi, saya nggak melihat sedikit pun debu di sana. Memang suasana di sana debunya tak sebanyak di Bandung. Tapi tetap saja perawatan yang seolah-olah semua berkilap dan seolah-olah tak berdebu itu lah yang bikin saya kagum.
Bahkan dari salah satu bagian
museum entah ditingkat berapa, kami bisa melihat keluar. Jadi saya bisa melihat
keindahan gedung-gdung di Torino dari sisi lain. Uh, indahnya menara-menara
yang saya lihat. Sayangnya cuaca sore itu berkabut. Kalau tidak berkabut, dari
situ pun bisa terlihat indahnya perbukitan di sana. Artistiknya rumah-rumah yang juga mengisi perbukitan itu.
Meski baru sekali itu saya ke Torino ( di tahun 2010), tapi nama Torino sebenarnya sudah lama melekat dalam pikiran saya. Soalnya di jaman tahun 60 an, ayah saya mempunyai
mobil Fiat. Dari situlah saya tahu bahwa pabrik mobil Fiat itu ada di Torino.
Duh, bayangan saya, Torino itu di Negara Itali. Jadi jauh sekaleeeee. Nggak
disangka, ternyata suatu saat, sekian puluh tahun kemudian, saya mendapat
kesempatan untuk mampir di Torino.
Beruntung saya jalan ditemani Prana yang memang sedang
sekolah disain mobil di kota itu. Jadi mobil apa saja yang saya tanyakan pada
ponakanku itu, ia bisa menceritakannya
dengan detail. Ya disainnya, ya
warnanya, ya mesinnya dan masih ada saja hal-hal lain yang ia ceritakan. Sungguh
sebuah percakapan yang menyenangkan.
Pengetahuanku tentang mobil makin nambah.
Lagi Fiat. Di parkir di mana saja. Aman. |
Pulang dari sana, bisa
ditebak. Tiba-tiba terpikirkan untuk punya mobil Fiat lagi. Terkenang kembali,
masa-masa kecilku yang sering naik mobil Fiat, keluaran kota Torino di Italia
itu.
Ah, ini hanya khayalan sepintas yang lewat begitu saja.
Kok, kayak orang kaya aja. Begitu melihat
mobil cantik, langsung pengen beli. Saya jadi mesam mesem sendiri
mengingat khayalan itu. *** (ira).
No comments:
Post a Comment