Dermaga kayu jalan masuk ke Pulau Kakaban |
Setelah mampir
sejenak di Pulau Sangalaki, untuk melihat pembiakan anak-anak penyu, kami
meneruskan perjalanan ke Pulau Kakaban yang masih menjadi bagian dalam
Kepulauan Derawan. Masih terbayang lucunya tukik-tukik mungil tadi di sebuah
pulau kecil yang berpasir tapi berada di bawah rimbunan bagai sebuah hutan. Di
sebuah lokalisasi, tukik saling bergerombol atau ada juga yang lincah bergerak
kesana kemari.
Tengah
asyik-asyiknya membayangkan tukik tadi, ternyata kapal yang berisi 20 orang penumpang
ini sudah tiba di dermaganya Pulau Kakaban. Hanya dalam waktu 20 menit saja. Beruntung
sedang pasang, jadi kapal bisa mendekat ke dermaga dan para penumpang tinggal
melangkah saja dari kapal ke dermaga kayu Pulau Kakaban yang luasnya 774,2 ha.
Poster yang mengajak wisatawan untuk ikut menjaga lingkungan |
Sambil berjalan di atas dermaga kayu masuk ke Pulau Kakaban saya
memperhatikan pulau tersebut. Ternyata dihadapan saya hutan. Pohon-pohonnya tinggi, hijau lebat menutupi semua lahannya. Saya
lantas mikir dimana letak danaunya. Gimana
juga caranya memasuki lokasi itu. Ke
depan yang dilihat hutan. Berbalik badan yang dilihat hamparan laut biru
kehijauan. Wah, misterius juga nih.
Ternyata begitu
saya memasuki sebuah gapura, saya tetap
jalan di atas kayu-kayu yang tersusun rapi
model dermaga kayu tadi. Bedanya kalau di dermaga itu kiri dan kananya
air laut, sedangkan di dalam hutan pulau Kakaban ini, di kiri dan kanan jalan
kayu ini ya pepohonan. Itulah jalan
menuju danau. Melewati jembatan kayu, menembus hutan. Melewati jalan kayu
datar, lalu naik tangga dan turun tangga.
Melewati hutan lebat |
Ada turunan tajam, ada juga tanjakan tajam. |
Bagi yang nggak
biasa jalan pasti ngos-ngosan. Tapi ngos-ngosan itu terbayar, pas di sebuah
ketinggian kita melihat sebuah danau
yang terhampar luas. Waduh itulah danau kakaban. Sebuah danau yang berisi air
payau. Air payau terbentuk lantaran percampuran air hujan dengan air laut yang masuk dari rembesan pori-pori tanah
di seputar danau. Proses ini terjadi sejak ribuan tahun lalu. Konon hanya ada 2 danau berair payau di dunia.
Satunya lagi di kawasan Kepulauan Palau, Mikronesia.
Kondisi air payau
di danau akhirnya juga membuat habitat endemik yang berbeda. Salah satunya
ribuan ubur-ubur yang menjadi penghuni danau itu adalah ubur-ubur yang tak
menyengat. Bahkan ubur-ubur ini pun ada beberapa jenis. Seperti yang saya lihat, ada ubur-ubur yang
besar, ada yang kecil-kecil dan ada yang halus sekali.
Wouw ! Begitu melihat danaunya dari sebuah ketinggian. |
Snorkling dan main bersama ubur-ubur |
Bagitu tiba di
dermaga danau, saya tak langsung nyebur
danau. Saya melihat orang-orang yang sedang snorkeling. Dari atas saya melihat
ribuan ubur-ubur di danau. Berwarna putih dengan ujung kecoklatan. Nampak mereka yang berenang bermain dengan
ubur-ubur. Ada yang mengikuti kemana ubur-ubur berenang dan ada juga yang menggenggamnya. Ada yang diangkat-angkat
diperhatikan begitu dekat sambil bicara sendiri. Entah apa yang dibicarakannya.
Bahkan banyak juga yang tertawa-tawa. Mungkin geli dengan lembutnya ubur-ubur
itu.
Akhirnya saya
nggak tahan juga dan nyebur. Ternyata untuk nyebur itu saya nggak boleh memakai
hand body lotion dan juga fin. Fin itu sirip kaki ikan yang suka dipakai
manusia pada saat snorkeling dan diving. Dikhawatirkan fin dapat memukul ubur-ubur saat
digerakan oleh para perenang. Sedangkan body lotion dikhawatirkan zat kimianya
dapat membuat polusi air danau dan nantinya bisa meracuni jelly fish.
Ini dia ubur-uburnya |
Ini dia ubur-uburnya |
Duh, waktu nyebur
di air itu sulit menggambarkan gimana perasaan saya saat berenang yang
disekitar saya itu ribuan jelly fish. Saya menjauh dari teman-teman, agar bisa
terasa bermain dan bersama-sama dengan jelly fish. Begitu saya bisa
memegangnya, ya ampun halus sekali. Lembut sekali. Nggak tega rasanya berbuat
sesuatu yang dapat mematikan binatang yang lembur ini. Amis memang, tapi selama saya di situ tak
habis-habisnya saya menangkap. Tetap dalam 2 dekapan jemari saya. Ia bebas
bergerak tapi masih di air. Sebentar-sebentar saya dekatkan ke pipi. Halusnyaaaaa.
Lembutnyaaaa.
Jujur, saya
menikmati sekali kebersamaan dengan ubur-ubur itu. Terkadang saya merasakan
sentuhan-sentuhan halus ubur-ubur kecil yang menempel di kulit. Makin saya ketengah ternyata makin asyik. Makin kelihatan jumlah ubur-ubur yang begitu banyak. Air danau juga lebih tenang dan di tengah tumbuhan di dasar Danau Kakaban banyak sekali. Warna tumbuhan di dasar danau yang berwarna hijau tua itu membuat ubur-ubur itu nampak bertebaran dimana-mana.
Sayangnya, saya lalu melihat teman-teman sudah mulai meninggalkan Danau. Kakaban ini. Takut ketinggalan dan takut mengacaukan acara, saya pun segera naik dermaga. Aduuuuh, masih pingin main dengan ubur-ubur. Belum puas. Kurang lama.
Sayangnya, saya lalu melihat teman-teman sudah mulai meninggalkan Danau. Kakaban ini. Takut ketinggalan dan takut mengacaukan acara, saya pun segera naik dermaga. Aduuuuh, masih pingin main dengan ubur-ubur. Belum puas. Kurang lama.
Membuka bekal. Nggak ada warung nasi |
Dengan
berbasah-basah saya naik dan jalan menuju ke pintu luar. Di sana teman-teman
sudah berkumpul semua dan mulai makan siang. Enaknya makan siangnya yang memang
sudah disiapkan dari tempat kami menginap di Pulau Maratua. Di pulau Kakaban,
saya tidak melihat ada warung atau pun penjual makanan kecil ataupun kedai
kopi. Setelah agak sore, kami kembali ke kapal. Wah, kali ini airnya surut.
Sehingga untuk ke kapal, kami harus naik kapal kecil sebagai perantara.
Perahu bergerak
meninggalkan dermaga. Dari situ nampak betapa laut yang mengelilingi pulau
kakaban itu indah banget. Lautnya bening, jadi taman laut yang ada di dalamnya
nampak. Perahu bergerak perlahan, ternyata
taman laut yang akan ditonton itu yang di area pulau Kakaban. Saat
perahu berhenti, saya langsung melihat kebawah. Duh, indah sekali. Di bawah
perahu yang saya tumpangi itulah Sea Wall Garden.
Snorkling di Sea Wall Grden di sekeliling Pulau Kakaban Indahnya |
Begitu saya
nyemplung dan mulai snorkling, WOUWWWW luar biasa. Indah banget Sea Wall
Gardennya. Saya terus snorkling mengikuti lekukan Sea Wall Garden. Menikmati keindahan alam di bawah laut yang
mengelilingi Pulau Kakaban. Pulau Kakaban memang luar biasa. Danau Kakabannya
memiliki ubur-ubur yang memikat. Taman laut yang mengelilingi Pulau Kakaban pun
memiliki keindahan yang tiada tara. *** (ira).
TIPS :
1. Bawalah bekal lantaran tidak ada warung yang menjual makanan di Pulau Kakaban;
2. Bawa kantung plastik untuk membuang sampah pribadi dan setelah itu baru buang di tempat sampah;
3. Tidak menggunakan fin selama berenang di danau kakaban
No comments:
Post a Comment