TUGU NOL KILOMETER DI PULAU WEH
Pernah berada di tugu tapal batas RI – PNG (Papua New Guenia) di Merauke, bikin saya mimpi. Mimpi untuk bisa mencapai tugu nol kilometer Indonesia. Letaknya di kota Sabang – Pulau Weh – Propinsi Banda Aceh. So dari ujung ke ujung.
Akhirnya kejadian juga. Saya berangkat ke Aceh, sepulang tugas dari Medan. Tinggal sret, terbang 1 jam ke Banda Aceh. Dengan penerbangan malam, kira-kira jam 19.00.
Besok paginya, hari Sabtu, saya sudah nangkring di Pelabuhan Ulee Lhue. Mengejar kapal cepat jam 09.30 an untuk menyeberang ke Pulau Weh. Hanya 40 menit sudah tiba di Pelabuhan Balohan – Pulau Weh.
Sepanjang perjalanan antara pelabuhan menuju titik nol kilometer itu luar biasa indahnya. Jauhnya sekitar 30 km dengan kondisi jalan aspal yang mulus. Tapi perjalanan jadi agak panjang, soalnya banyak berhentinya. Sedikit-sedikit bikin foto. Cetrat Cetret. Pemandangannya memang oke punya. Tapi sih ujung-ujungnya, berpose. Bergaya. Ha ha ha ha.
Pernah berada di tugu tapal batas RI – PNG (Papua New Guenia) di Merauke, bikin saya mimpi. Mimpi untuk bisa mencapai tugu nol kilometer Indonesia. Letaknya di kota Sabang – Pulau Weh – Propinsi Banda Aceh. So dari ujung ke ujung.
Di tugu Nol Kilometer - Pulau Weh |
Besok paginya, hari Sabtu, saya sudah nangkring di Pelabuhan Ulee Lhue. Mengejar kapal cepat jam 09.30 an untuk menyeberang ke Pulau Weh. Hanya 40 menit sudah tiba di Pelabuhan Balohan – Pulau Weh.
Sepanjang perjalanan antara pelabuhan menuju titik nol kilometer itu luar biasa indahnya. Jauhnya sekitar 30 km dengan kondisi jalan aspal yang mulus. Tapi perjalanan jadi agak panjang, soalnya banyak berhentinya. Sedikit-sedikit bikin foto. Cetrat Cetret. Pemandangannya memang oke punya. Tapi sih ujung-ujungnya, berpose. Bergaya. Ha ha ha ha.
Perjalanan di sepanjang pulau kecil ini juga melewati hutan lindung. Jadi sempet ketemu dengan beberapa kelompok monyet-monyet. Binatang lain yang saya lihat, selain burung-burung juga biawak.
Tugu nol kilometer ini terletak di Desa Iboih. Terletak disebuah bangunan putih. Diujung atasnya bertengger burung Garuda. Suasana di sana rimbun soalnya pohon-pohon sekitarnya besar-besar. Di bawah pohon-pohon rimbun itu banyak bebatuan yang di atas nya ditulis nama mereka-mereka yang pernah datang ke situ. Sekali lagi, di depan tugu, usahakan bisa turun ke bawah. Pemandangannya maaak, lagi-lagi luar biasa indahnya.
Sepulang perjalanan dari tugu, saya sempat mampir di salah satu pantainya, Pantai Gapang. Ternyata pantai-pantai di pulau kecil ini amat jernih airnya. Jadi memang banyak lokasi-lokasi diving yang luar biasa indahnya.
Terima kasih yang sebesar-besarnya pada Bu Mona dan keluarga yang malam itu menjemput saya di bandara. Juga rekan-rekan lainnya, Bang Marwi yang sudah menjemput dan mengantarkan kami dari pelabuhan sampai tugu, pulang –pergi. Adik-adikku yang menemani saya selama perjalanan ke pulau Weh dan selama di Banda Aceh : Mbak Nur ‘Inunk’ dan Mas Ipul, Mbak Delvi dan Mas Iqbal.
Bener-bener perjalanan yang tak terlupakan.
Menyenangkan dan mengasyikkan.
Berkesan sekaleeee ! (ira).
No comments:
Post a Comment