Friday, January 1, 2010

MARIBAYA MASIH TETAP MENARIK

Maribaya, hingga kini tetap menarik.
Meski banyak lokasi wisata di kawasan Lembang, tapi Maribaya masih diperhitungkan orang.
Mungkin karena obyek wisata yang satu ini memang obyek wisata alam. Bukan buatan manusia. Jadi beda banget kesannya.

Salah satu air terjun di Maribaya.
Masih tetap indah
Berada dilokasi ini, pengunjung pasti betah. Soalnya suasananya serba hijau. Disana sini pepohonan tumbuh subur di dominasi dengan hutan pinus. Gemericik air terjun dan aliran sungainya, membuat suasana yang berbeda. Belum lagi menatap air terjunnya yang membuat mata tak berkedip. Rasanya ingin sekali terjun ke kumpulan air itu. Terbayang segar airnya. Bersihnya. Sementara merasakan hangatnya air panas di sana pun tak kalah seru. Keluar dari air panas, pegel linu langsung buyar.

Dulu orang yang datang ke Maribaya paling hanya main di Maribaya saja. Soalnya semua yang saya sebut di atas sudah cukup membuat orang bisa menghabiskan waktu seharian di sana. Di sana orang bisa menyewa tiker. Lalu bisa duduk leyeh-leyeh di atas tikar sewaan, sambil menikmati bekal bawaan dari rumah. tidur. Kalau sudah begini, bawaannya ngantuk. Bisa juga wisata kuliner ala Maribaya. Ada goreng tahu dan bala-bala panas. Cireng. Bajigur. Bandros. Mie baso dan masih banyak jajanan lainnya. Coba deh, icip-icip jajanan di sana.


Saya dan Endah RH di Curug Ciomas
Sekarang, setelah puas di Maribaya orang bisa jalan kaki menikmati hutan pakar sejauh 6 kilometer. Jalan santai ini nantinya berakhir di kawasan Hutan Raya Ir. H.Djuanda. Jalan di lokasi Maribaya amat berbeda dengan berjalan di lokasi hutan pakar dago itu. Di Maribaya, orang harus berhati-hati soalnya tanahnya naik turun. Terkadang banyak tanah atau batu yang licin ditumbuhi lumut. Kalau kepeleset, ya lumayan sakitnya !

Apalagi pas menuju ke Curug Ciomas. Jalannya amat terjal turun ke bawah. Di sini orang bisa memilih. Ada jembatan yang terletak di atas, jadi persis di dekat air terjun Ciomas. Tapi bisa juga memilih jembatan yang dibawah. Sehingga kita bisa menikmati indahnya air terjun Ciomas. Berada di ke 2 jembatan ini, sama-sama harus berhati-hati. Soalnya kayu jembatannya ada yang sudah lapuk dan licin. Serem juga sih pas dilokasi ini.

Hulu sungai Cikapundung yang masih jernih airnya
Setelah melewati Curug Ciomas, perjalanannya lebih enak. Meski ada naik dan turunnya tapi pengunjung berjalan di atas jalan yang sudah menggunakan batu. Untuk masuk ke areal hutan ini, karcisnya beda. Karcis masuk ke Maribaya hanya Rp 3000,- saja, sedangkan masuk ke hutan pakar ini tarifnya Rp 8000,- per orang.

Jalan di sini suasananya berbeda. Di kiri kanan jalan pohon-pohon tumbuhan hutan. Kita juga akan menyeberang hulu Kali Cikapundung. Waduh, air kalinya masih jernih banget. Bandingkan airnya yang sudah melintas di tengah kota Bandung. Hm. Jangan tanya dan kalau perlu jangan melihat. Soalnya warna airnya sudah coklat. Kotornya. Belum lagi sering bau.

Ditengah jalan ada beberapa penjual gorengan dan minuman. Pop mie rebus juga ada. Sambil istirahat, asyik juga duduk di warung ini. Di hari libur biasanya warung-warung ini menyiapkan juga nasi merah, sambel lalap dan teman-temannya. Terbayang kan gimana lahapnya orang makan di sini. Sudah tenaga habis terkuras. Suguhannya lalapan dan ikan asin. Sebakul nasi juga nggak bakal kenyang kaleee.

Warung untuk nyantai
Di hutan antara Maribaya - Hutan Pakar
Berada di warung-warung ini sebaiknya jangan terlalu lama. Soalnya kalau terlalu lama, orang bakalan malas meneruskan perjalanannya. Maksudnya jalan kaki. Sementara di situ ada saja ojek lewat yang menawarkan jasanya mengantarkan untuk ke lokasi. Kalau iman tak kuat, acara jalan kaki bisa berantakan. Soalnya kita trus malah naik ojek. Biasanya mereka menawarkan Rp 7.500,- per orang hingga di tempat tujuan. Pas ojek lewat saya juga bisa perang batin. Terus jalan atau naik ojek ya ?

Yang saya sedih saat berjalan di hutan ini. Saya melihat ada pagar-pagar pengaman yang dibuat pengelola areal wisata ini. Tapi saat ini sudah banyak pagar-pagar yang bolong. Nah lo kemana ya pagar sebesar itu ?

Berjalan di hutan yang panjangnya 6 km ini tak terasa jauh. Selain tak terlalu panas lantaran rindangnya pohon dikiri kanan jalan, tapi terkadang pejalan kaki bisa ketemu binatang hutan. Ular. Kadal. Katanya masih ada kera. Tapi saya belum pernah bertemu. Trus suara binatang hutan membuat suasana yang bedaaaa gitu loh ! Tapi ya juga jangan heran, ditempat suasana begini, banyak juga sih pasangan muda yang memanfaatkan kesempatan. Pelukan sepanjang jalan, kayak apa ya rasanya ? Apa nggak keringetan ?
Perjalanan berakhir saat terlihat pintu gerbang Gua Belanda. Di sana biasanya ada anak-anak yang menyewakan baterai. Rp 1000,- sekali jalan. Setelah lepas Gua Belanda, pengunjung masih bisa melihat Gua Jepang yang jaraknya hanya 300 meteran. Bahkan setelah itu, sekalian saja masuk ke kawasan Hutan Wisata Ir. H. Juanda. KOmplit deh !

Begitulah. Wisata jalan kaki yang satu ini menyenangkan bagi yang punya hobby jalan kaki. Dari Maribaya, menyusuri hutan Dago Pakar Utara, trus melihat gua-gua dan berakhir di Taman Hutan Raya Ir. H.Djuanda.

Gua Jepang
Perjalanan ini, tentu membuat badan bugar.
Mata semakin segar.
Pernafasan longgar lantaran menghirup udara yang bersih.
Kalau rutin, badan pasti sehat.
Siapa mau coba ? ***(ira).





No comments:

Post a Comment

Terbayang-bayang Pulau Maratua

Terbayang - bayang Pulau Maratua

Sore hari di Pulau Maratua Dalam trip saya ke Kepulauam Derawan, maka saya singgah di beberapa pulaunya. Di antaranya  pulau Maratua,...

Main Ke Stone Garden