Volendam, kota nelayan. Sayangnya pas hujan |
Kali ini saya ingin ke Volendam lagi. Sebuah desa nelayan yang letaknya 15 km an di utara Amsterdam. Memang sih dulunya desa itu adalah desa nelayan. Tapi kini Volendam sudah tak lagi menjadi desa nelayan. Tapi lebih pantas dikatakan sebagai desa wisata. Bahkan penduduknya pun sekarang bukan lagi nelayan tapi sudah hidup dari dunia pariwisata.
Lihat saja. Kalau kita simak sebuah lokasi di tepi pantai. Deretan rumah yang menghadap ke laut itu, pastinya dulu adalah rumah-rumah nelayan. Rumah dengan atap lancip, jendela kotak-kotak. Pintunya antara rumah yang satu dengan lainnya berbeda-beda catnya. Tapi sekarang isinya toko melulu. Mulai dari toko souvenir, restaurant, café, juga ada studio foto.
Pas ke Volendam kemarin, saya mampir juga kesalah satu studio fotonya. Tepatnya ke studio foto J & J Zwarthoed. Letaknya di jalan Haven 12 – Volendam bertetangga dengan Hotel Spaander. Beberapa tahun lalu, saya pernah di foto di sini. Itu lho foto memakai baju tradisional Belanda ( Dutch Costume). Inilah salah satu daya tarik Volendam. Pengunjung bisa berpotret dengan memakai Dutch Costume tadi.
Bahkan dalam sebuah folder atau kertas penyelip buku dari studio foto tersebut, saya membaca tag linenya studio foto itu, yang isinya begini :
“ Your photo in Dutch Costume. The most original souvenir from Volendam “. Atau dalam bahasa Belandanya : “ Uw foto in het Volendammer kostuuum. Het leukste Souvenir !”. Trus ada juga bahasa Spanyolnya. Kalau bahasa Indonesianya :” Foto Anda dalam pakaian asli Belanda. Kenang-kenangan yang terindah dari Volendam”. Hebatkan ? Bahasa Indonesianya ada juga, saking banyaknya wong Indonesia yang melancong ke Belanda. Waaa ……..top deh.
Bingung milihnya ? Pastinya ya iya. Soalnya foto-foto yang mereka pajang di etalase, sama bagusnya. Nggak tau memang bagus modelnya atau cara pengambilan fotonya. Kita bisa memilih foto studio yang mana saja, dari hasil pajangannya di etalase. Tapi bisa juga dari harga. Mana yang lebih murah. Meskipun harga tak menjamin sebuah foto bakal lebih bagus atau lebih jelek. Rata-rata berkisar antara 7 Euro sampai 10 euro per orang. Kalau banyakan bisa lain lagi. Tapiiiii kita kan bisa patungan. Jadi jatuhnya bisa lebih murah. Lumayaaan. Gaya iya ! Irit juga iya.
Begitu kita masuk studio terpilih, posisi kita sudah berubah menjadi seorang model. Seorang model, biasanya langsung bisa memilih pakaian yang ada. Baju nggak perlu di buka. Soalnya baju Belanda itu besar-besar, jadi numpang di atas baju kita saja. Warna, model dan motifnya dari tahun ke tahun tak berubah. Perpaduan antara warna hitam, sedikit putih dan merah. Paling di situ kita tinggal pilih asesoris apa yang akan kita bawa untuk berfoto. Misalnya kalau cewek dewasa ato emak-emak, sambil duduk memegang rangkaian bunga. Rangkaian bunganya bisa dengan keranjang bundar tanpa tangkai, atau dengan keranjang setengah terbuka dengan tangkai pegangan. Bisa juga bawa buah.
Yang cowok juga macam-macam. Bisa sambil pegang pipa, pegang alat musik akordion, atau keranjang yang isinya jala bewarna broken white. Sementara di bawah bisa digelar keranjang isi jala, ceret tembaga, gentong-gentong kayu, perlengkapan memancing ataupun nelayan dan masih banyak pajangan lainnya.
Kesamaannya cowok dan cewek harus memakai klompen. Maksudnya kelom khas Belanda yang terbuat dari kayu itu lho. Dulunya kelom ini memang digunakan para nelayan atau petani untuk kerja sehari-harinya. Jadi pas becek tanahnya atau kalau airnya sedang naik, atau di pantai agak basah, dengan memakai kelom pakaian mereka tidak kotor dan juga terlindungi agar tidak basah.
Setelah siap, baru deh para model mulai action. Berpose. Mejeng! Sama seperti kita, biasanya supaya model kelihatan senyum, pas di jepret modelnya harus bilang ciiiiiis ! Atau apalah kata-kata sejenisnya. Di sana si fotografernya itu juga meneriakan sesuatu dan kita harus mengikutinya. Begitu dia teriak ‘sateeeeee’, trus para model juga teriak ‘sateeee’. Cetrat-cetret. Cetrat ! Cetret ! Selesai deh sesi pemotretan itu.
Hasilnya ? Sekarang sih cepet banget. Para model di suruh nunggu 30 menitan. Trus sambil nunggu kita jalan-jalan ke toko-toko sebelah. Tapi jaman teknologi belum semaju ini, begitu selesai di foto, saya di suruh menulis alamat saya di sebuah amplop yang ditujukan untuk saya sendiri. Pinter juga ya si pemilik studio foto itu. Paling enggak dia yakin bahwa alamat itu adalah benar. Alamat yang ditulis oleh si empunya foto dan si empunya rumah. Nggak bakalan salah alamat geto ! 2 minggu berikutnya saya sudah di Bandung. Saya lalu menerima sebuah amplop dengan alamat tulisan tangan saya di Volendam itu. Isinya : foto saya di studio. Ih, kere deh. Serasa noni Belanda aja.
Pas melihat hasilnya, pasti deh kita pada seneng banget. Soalnya foto kita ternyata juga bagus. Keren. Seperti foto-foto yang di pajang di etalase studio foto di tepi pantai Volendam. Waktu itu kan saya lihat banyak foto pejabat dan juga selebriti Indonesia. Fotonya Bu Mega dan Pak Taufik Kemas. Trus Marisa, trus ada Maya Rumantir dan banyak lagi deh orang-orang beken yang pada foto an di situ. Oh ya, ada juga lho fotonya Ronaldo, si pemain bola dunia itu.
Pastinya inilah salah satu daya tarik pas main ke Volendam. Saya belum cerita lainnya, misalnya kulinernya. Rumah-rumah nelayan dan kapal-kapalnya. Souvenir-souvenirnya. Kelomnya.Kincir Anginnya. Kanal-kanalnya. Pokoknya biar sudah 2 kali ke Volendam, saya masih ingin jalan ke sana lagi tuh ! Soalnya biar Volendam disebutnya desa nelayan, desa kecil dan entah desa apalagi, tapi satu hal yang menyenangkan : “Bersihnya itu lhooooo !”. (***) Ira.
No comments:
Post a Comment