Tuesday, May 31, 2011

CERITA dari Kampung Naga



Siapa yang tak kenal Kampung Naga ? Kampung yang satu ini terletak di Jawa Barat. Tepatnya di jalan antara Garut dan Tasikmalaya. Setelah melewati jalan berkelok, naik dan turun dengan pemandang sawah, bukit dan sungai, kira-kira di km 26 an, ada sebuah gapura putih di sebelah kiri. Melewati gapura putih tanpa nama itu, ada sebuah tempat parkir kendaraan untuk para tamu yang ingin ke Kampung Naga.






Kampung yang satu ini dikenal sebagai kampung adat yang masih memegang tradisi leluhurnya. Misalnya rumah-rumah adat yang ada di kampung itu, modelnya sama. Tidak ada yang memakai tembok. Atapnya atap rumbia, dindingnya kayu bambu. Lantainya juga dari papan. Rumah-rumah itu diletakkan di atas batu-batu penyangga. Jadi sedikit panggung. Dengan model seperti ini, ternyata rumah-rumah itu tahan gempa. Di saat beberapa waktu lalu Tasikmalaya terkena gempa, di saat rumah-rumah di kampung tetangga banyak yang roboh, tapi di Kampung Naga, aman. Tak satu pun roboh.



Ini baru satu contoh kasus yang masih tetap dipatuhi oleh masyarakat di kampung ini. Masih banyak lainnya. Jadi dengan perkembangan waktu, maka keluarga dan anak-anak muda banyak yang tinggal di luar kampung ini. Sehingga kampung ini masih tetap lestari. Jumlah rumahnya dari tahun ke tahun tidak bertambah. Penerangan juga masih memakai lampu minyak.

Jalan-jalan di sana memang dapat memberikan sebuah sensasi tertentu. Lantaran menuju kampung ini, para tamu masih harus melewati hamparan sawah. Melewati sawah-sawah bertingkat. Menyusuri sungai yang airnya masih melintasi bebatuan besar.

Asyiknya lagi pas melewati lorong-lorong di kampung itu, para tamu bisa bertegur sapa dengan para penghuni rumah yang sedang membuat kerajinan daun pandan. Sedang duduk-duduk. Sedang mencari kutu di kepala anaknya. Atau ada yang sibuk memikul kayu. Repot menumbuk padi. Gesit mengangkut air. Pokoknya masih banyak kegiatan lainnya. Mereka tak peduli dengan tamu-tamunya. Para tamu sibuk dengan potrat-potret. Mereka juga sibuk dengan kegiatan mereka sendiri. Jadi bagi para fotografi, waduuuuh, ini mah santapan yang asoy geboy banget. Para fotografer yang jeli tinggal membidik sisi kehidupan mereka, lewat bidikan kamera.



Souvenir-souvenir juga banyak di jual di sana. Semua hasil kerajinan masyarakat kampung itu. Saya sempat membeli gula arennya. Enak sekali. Bagusnya mereka di sana belum komersil. Atau memang ini pantangan ya ? Soalnya mereka itu nggak satu pun yang memaksa atau mengejar-ngejar pembelinya. Jadi para pengunjung bisa dengan tenang jalan di sana. Dengan kondisi mereka yang begitu lugu, tamu-tamu jadi malah simpati dengan kesederhanaan mereka. Pastinya mereka jadi membeli apa saja yang dijual di sana.

Suasana yang ngampung banget, saya dapatkan di sana. Pastinya, orang senang berlama-lama di sana. Apalagi kalau sudah duduk-duduk di tepi sawah. Haduuuuuh. Anginnya. Suara gemerisik air sungainya. Suasananya bebn -bener bikin pengunjung betah berlama-lama di sana. Nggak pengen pulaaaaangggg ! Pengen ngadem di Kampung Naga. *** (ira).

No comments:

Post a Comment

Terbayang-bayang Pulau Maratua

Terbayang - bayang Pulau Maratua

Sore hari di Pulau Maratua Dalam trip saya ke Kepulauam Derawan, maka saya singgah di beberapa pulaunya. Di antaranya  pulau Maratua,...

Main Ke Stone Garden