Monday, July 25, 2011
EKSOTISME DESA SAWARNA
Desa Sawarna terletak di Kabupaten Lebak – Propinsi Banten. Bertetangga dengan kawasan Pelabuhan Ratu yang merupakan bagian dari Propinsi Jawa Barat. Perjalanan dari Jakarta ke Desa Sawarna ini cukup lama. Berangkat jam 21.30 dari halaman Sarinah Jakarta, sampai di Sawarna jam 04.30. Total 7 jam. Perjalanan santai dengan beberapakali berhenti di pompa bensin atau toko-toko kecil untuk acara pipis ataupun isi bensin juga belanja tambahan perbekalan di desa.
Begitu tiba di desa itu, untuk mencapai Desa Cikaung tempat kami menginap, kami harus melewati jembatan gantung. Bagi yang tak terbiasa menaiki jembatan gantung, ya pastinya agak teriak-teriak, lantaran saat orang berjalan, maka goyangan jembatan gantung ini semakin kencang. Jadi ya agak bikin sewot sih. Makin mereka jerit-jerit, makin diledekin temen-temennya. Ada aja sih yang usil.
Baru deh tiba di sebuah desa. Rumah-rumah di desa ini, kondisinya lumayan bagus. Sebagian ada yang bertembok. Sebagian ada juga yang tetap mempertahankan dengan kondisi rumah tradisional. Maksudnya rumah dengan tembok dari anyaman bambu dan kayu. Jangan salah rumah tradisional macam ini justru menjadi incaran para bule-bule atau tamu mancanegara lainnya.
Lho iya, di desa itu banyak sekali homestay. Rumah sederhana tempat menginap para tamu ini bertebaran di kampung tersebut. Semalam biasanya Rp 80.000,' dengan makan 3 kali sehari. Contoh makanannya yaitu nasi putih, tumis kangkung, goreng tempe dan ayam goreng. Pencuci mulutnya adalah potongan semangka. Yambah sambel dan lalapan mentah.Glek ! Jadi lapar lagi.
Pak Hendy, seorang pemilik homestay bilang, kalau desa ini sudah didatangi turis asing sejak tahun 1978. Biasanya mereka surfing. Pengalaman surf yang mengasyikkan ini mereka ceritakan pada teman-temannya melalui internet. Sejak itu mulailah masuk banyak turis-turis mancanegara. Lalu masuk juga para pecinta alam bebas lainnya.
Desa Sawarna memang amat menarik. Masih kampung banget meski sudah ada listrik, jadi siaran televisi gampang masuk. Masih ada jembatan-jembatan gantung. Masih banyak sawah, juga banyak tegalan yang rimbun dengan pohon kelapanya. Ada bukit-bukit juga gua. Lainnya ya pantainya itu. Semua pantainya keren-keren. Bersih-bersih lagi.
Semua pantai yang dipamerkan, selalu bikin decak kagum. Bentuknya aneh-aneh dan khas. Mulai dari pantai tempat nonton matahari terbit kalau nggak salah namanya Pantai Laguna Pari. Trus ada pantai yang kami datangi di pagi hari hingga Pantai Ciantir namanya. Trus ada pantai Batu Layar. Trus ada pantai=pantai yang kami datangi di siang hari sampai pantai tempat nonton sunset.
Sebenarnya pantai yang dipamerkan itu kalau diurut-urut yang hanyalah satu garis pantai sih. Di pantai selatan Pulau Jawa. Pantai yang indah semuanya dan ombaknya keras sehingga cocok untuk surfing. Pastinya mereka yang ingin main kesini ya kudu siap jalan. Siap kepanasan. Soalnya dari home stay menuju lokasi pantai misalnya, jaoh ! Kudu jalan kaki ! Tapi buat yang seneng sih nggak jadi masalah.
Pastinya Desa Sawarna ini bener-bener bisa menjadi terapi hati dan pikiran.
Berada di sini, hati rasanya dingin, ayem, tenaaaaaang !
Duh, sumpah deh, masih pengen balik kesana lagi. *** (ira).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Terbayang-bayang Pulau Maratua
Terbayang - bayang Pulau Maratua
Sore hari di Pulau Maratua Dalam trip saya ke Kepulauam Derawan, maka saya singgah di beberapa pulaunya. Di antaranya pulau Maratua,...
Main Ke Stone Garden
-
Jembatan Penghubung Nusa Lembongan dan Nusa Penida Melintas di udara saat perjalanan dari Makassar ke Bali, saya melihat 3 pulau canti...
-
Perjalanan ke Baduy Dalam yang terletak di Propinsi Banten itu amat melelahkan. Dari Bandung - Jakarta - Rangkasbitung saampai Desa...
No comments:
Post a Comment