Wednesday, December 28, 2011

TERPESONA DI COLLOSEUM



Suasana salah satu jalan di dekat hotel di sekitar setasiun

Saya tiba di Stasiun Roma Termini sekitar sore hari jam 19.30. Suasana di setasiun besar itu ramainya minta ampun. Meski sudah memiliki peta kota Roma, tapi saya dan temanku Russel masih juga ke Information Centre, menanyakan arah hotel yang sudah kami booking. Hotel Sweet Home, yang letaknya di Via P. Amadeo, 47 00185 Roma.


Kami segera menuju arah yang ditunjukkan. Ternyata hotel kami dekat sekali dari stasiun. Keluar dari stasiun lurus saja. Menyeberangi jalan besar Via Giovanni. Begitu menemui lperempatan ke dua, belok ke kiri sedikit. Di jalan itulah hotelnya. Sepanjang jalan yang kami lalui, suasananya sudah terasa Italy banget. Bau aroma pizza dari beberapa resto pizza atau pun beberapa resto yang menggelar tenda di depan restonya.

Hotel ini meski kecil tapi menyenangkan. Benar-benar dekat setasiun seperti yang dikatakannya di internet. Jadi hotel ini juga berada dikawasan tua. Bagusnya bangunan-bangunan disini tak dirubah-rubah. Dibiarkan hidup dengan ketuaannya. Bahkan liftnya yang jadul itu tetap digunakan. Bentuknya dari besi-besi, seperti kandang begitu. Tapi perlengkapan hotelnya, hotel internasional bintang 4.


Aku dangan latar belakang Colloseum

Front Office hotelnya seorang pria asli Italy. Sepintas dia sepertinya tak ramah. Tapi ternyata dia memberikan sebuah peta wisata untuk lokasi-lokasi yang bisa kami kunjungi. Ia menyarankan agar sore ini kami jalan melihat 2 lokasi yang berada di dekat hotel. Sisanya esok hari. Diantaranya ingin mampir ke Vatican. Mau jalan kaki atau naik mobil bus wisata. Diakhir pembicaraan saya lalu berkata, ternyata si pirang itu ramah juga.

Kami mulai jalan dan mencapai bangunan Santa Maria Maggiaro. Bangunan ini letaknya di sebuah jalan persimpangan. Halaman terasnya luas. Sehingga enak menggambil gambar bangunan ini. Tak banyak orang di sini. Maksudnya turis yang berada di sini sedikit. Tua-tua lagi.

Sedang asyik-asyiknya mengagumi bangunan artistik itu, saya melihat beberapa pria yang nangkring, tampang jagger gitu. Jadi pas motret-motret saya nggak berani mengeluarkan kamera besar. Cukup menggunakan kamera poket. Dari segi kepuasan, ya agak nggak puas sih motretnya. Tapi faktor keamanan perlu juga dipikirkan, soalnya kami tak melihat satu pun polisi di lokasi itu. Takut juga di rampok mereka. Jadiiiiii mending waspada.

Ramainya Pengunjung di Colloseum

Setelah itu barulah kami jalan menuju Colloseum. Kami menikmati perjalanan di sore hari itu. Sempet berhenti beli gelato. Kayaknya semua gelato disana menarik dan bikin orang pengen icip-icip. Sambil icip-icip tujuannya juga duduk-duduk. Kaki lumayan pegel. Hawa di luar juga dingin. Jadi sedikit menghangatkan tubuh.

Sambil jalan, saya sudah membayangkan Colloseum. Gedung pertunjukkan yang bisa menampung 50.000 orang pengunjung itu gimana besarnya ya ? Amphi theatre / gedung pertunjukkan yang besar ini merupakan salah satu karya terbesar dari para arsitek di jaman Kerajaan Romawi.

Tempat pertunjukkan yang berbentuk elips ini dulunya bernama Fladian Amphitheatre. Dibangun pada jaman Raja Vespasian, lalu diselesaikan oleh anaknya. Pembangunannya cukup lama, berkisar pada tahun 70 – 82 M.


Masih di kawasan Colloseum
                                                                                                                                         
Dari brosur dan leaflet yang saya dapat, memang dulunya banyak acara yang pernah digelar di Colloseum ini. Pertarungan antara gladiator, pertarungan antar binatang, pertarungan antara binatang dan para tahanan, pertarungan dengan air yang caranya dengan membanjiri arena.

Sekarang kita hanya bisa menyaksikan peninggalan tersebut dengan penuh kekaguman dan sekaligus tanda tanya. Makin lama di sana, makin banyak pertanyaan yang tak bisa di jawab. Kenapa ya kok gini ? Kenapa ya kok gitu ? Atau berupa kekaguman yang tak henti. Ih, kok hebat banget ya orang dulu itu. Di jaman seperti itu kok bisa membuat bangunan seperti ini, misalnya.




Sedang asyik-asyiknya menikmati jendela-jendela yang berada di sepanjang dindingnya, seseorang yang berpakaian ala gladiator mendekati saya. Gayanya seperti mengajak saya untuk ber pose bareng dia. Wih, siapa yang nggak tertarik. Udah orangnnya ganteng. Pakaiannya , costum ala gladiator, bikin kelihatan macho. Cowok banget.

Untungnya saya langsung ingat cerita teman yang pernah diperas oleh sekawanan gladiator itu. Begitu kita cetrat cetret kadang mereka bisa minta bayaran yang selangit. Langsung saya tolak dengan cara yang halus. Tenang dan juga seramah dia.

Dengan keramahannya, dia berusaha memperdaya para pelancong, untuk foto bersamanya.
Tapi,
dengan keramahanku juga, saya berusaha untuk memperdaya si gladiator, untuk menolak dan menjauh darinya.
He he he, emang cuman dia yang bisa memperdaya orang !

Kami perlahan-lahan menjauh, sambil pura-pura sibuk motret-motret bangunan. Di sini saya puas banget. Soalnya selain tempat ini ramai sekali, polisinya juga banyak.
Tenaaaaang !
Amaaaan ! (ira)








No comments:

Post a Comment

Terbayang-bayang Pulau Maratua

Terbayang - bayang Pulau Maratua

Sore hari di Pulau Maratua Dalam trip saya ke Kepulauam Derawan, maka saya singgah di beberapa pulaunya. Di antaranya  pulau Maratua,...

Main Ke Stone Garden