Suasana salah satu jalan di dekat hotel di sekitar setasiun |
Saya tiba di Stasiun Roma Termini
sekitar sore hari jam 19.30. Suasana di setasiun besar itu ramainya
minta ampun. Meski sudah memiliki peta kota Roma, tapi saya dan
temanku Russel masih juga ke Information Centre, menanyakan arah
hotel yang sudah kami booking. Hotel Sweet Home, yang letaknya di Via
P. Amadeo, 47 00185 Roma.
Kami segera menuju arah yang
ditunjukkan. Ternyata hotel kami dekat sekali dari stasiun. Keluar
dari stasiun lurus saja. Menyeberangi jalan besar Via Giovanni.
Begitu menemui lperempatan ke dua, belok ke kiri sedikit. Di jalan
itulah hotelnya. Sepanjang jalan yang kami lalui, suasananya sudah
terasa Italy banget. Bau aroma pizza dari beberapa resto pizza atau
pun beberapa resto yang menggelar tenda di depan restonya.
Hotel ini meski kecil tapi
menyenangkan. Benar-benar dekat setasiun seperti yang dikatakannya di
internet. Jadi hotel ini juga berada dikawasan tua. Bagusnya
bangunan-bangunan disini tak dirubah-rubah. Dibiarkan hidup dengan
ketuaannya. Bahkan liftnya yang jadul itu tetap digunakan. Bentuknya
dari besi-besi, seperti kandang begitu. Tapi perlengkapan hotelnya,
hotel internasional bintang 4.
Aku dangan latar belakang Colloseum |
Front Office hotelnya seorang pria asli
Italy. Sepintas dia sepertinya tak ramah. Tapi ternyata dia
memberikan sebuah peta wisata untuk lokasi-lokasi yang bisa kami
kunjungi. Ia menyarankan agar sore ini kami jalan melihat 2 lokasi
yang berada di dekat hotel. Sisanya esok hari. Diantaranya ingin
mampir ke Vatican. Mau jalan kaki atau naik mobil bus wisata.
Diakhir pembicaraan saya lalu berkata, ternyata si pirang itu ramah
juga.
Kami mulai jalan dan mencapai bangunan
Santa Maria Maggiaro. Bangunan ini letaknya di sebuah jalan
persimpangan. Halaman terasnya luas. Sehingga enak menggambil
gambar bangunan ini. Tak banyak orang di sini. Maksudnya turis yang
berada di sini sedikit. Tua-tua lagi.
Sedang asyik-asyiknya mengagumi
bangunan artistik itu, saya melihat beberapa pria yang nangkring,
tampang jagger gitu. Jadi pas motret-motret saya nggak berani
mengeluarkan kamera besar. Cukup menggunakan kamera poket. Dari segi
kepuasan, ya agak nggak puas sih motretnya. Tapi faktor keamanan
perlu juga dipikirkan, soalnya kami tak melihat satu pun polisi di
lokasi itu. Takut juga di rampok mereka. Jadiiiiii mending waspada.
Setelah itu barulah kami jalan menuju
Colloseum. Kami menikmati perjalanan di sore hari itu. Sempet
berhenti beli gelato. Kayaknya semua gelato disana menarik dan bikin
orang pengen icip-icip. Sambil icip-icip tujuannya juga duduk-duduk.
Kaki lumayan pegel. Hawa di luar juga dingin. Jadi sedikit
menghangatkan tubuh.
Sambil jalan, saya sudah membayangkan
Colloseum. Gedung pertunjukkan yang bisa menampung 50.000 orang
pengunjung itu gimana besarnya ya ? Amphi theatre / gedung
pertunjukkan yang besar ini merupakan salah satu karya terbesar dari
para arsitek di jaman Kerajaan Romawi.
Tempat pertunjukkan yang berbentuk
elips ini dulunya bernama Fladian Amphitheatre. Dibangun pada jaman
Raja Vespasian, lalu diselesaikan oleh anaknya. Pembangunannya cukup
lama, berkisar pada tahun 70 – 82 M.
Masih di kawasan Colloseum |
Dari brosur dan leaflet yang saya
dapat, memang dulunya banyak acara yang pernah digelar di Colloseum
ini. Pertarungan antara gladiator, pertarungan antar binatang,
pertarungan antara binatang dan para tahanan, pertarungan dengan air
yang caranya dengan membanjiri arena.
Sekarang kita hanya bisa menyaksikan
peninggalan tersebut dengan penuh kekaguman dan sekaligus tanda
tanya. Makin lama di sana, makin banyak pertanyaan yang tak bisa di
jawab. Kenapa ya kok gini ? Kenapa ya kok gitu ? Atau berupa
kekaguman yang tak henti. Ih, kok hebat banget ya orang dulu itu. Di
jaman seperti itu kok bisa membuat bangunan seperti ini, misalnya.
Sedang asyik-asyiknya menikmati
jendela-jendela yang berada di sepanjang dindingnya, seseorang yang
berpakaian ala gladiator mendekati saya. Gayanya seperti mengajak
saya untuk ber pose bareng dia. Wih, siapa yang nggak tertarik. Udah
orangnnya ganteng. Pakaiannya , costum ala gladiator, bikin kelihatan
macho. Cowok banget.
Untungnya saya langsung ingat cerita
teman yang pernah diperas oleh sekawanan gladiator itu. Begitu kita
cetrat cetret kadang mereka bisa minta bayaran yang selangit.
Langsung saya tolak dengan cara yang halus. Tenang dan juga seramah
dia.
Dengan keramahannya, dia berusaha
memperdaya para pelancong, untuk foto bersamanya.
Tapi,
dengan keramahanku juga, saya berusaha
untuk memperdaya si gladiator, untuk menolak dan menjauh darinya.
He he he, emang cuman dia yang bisa
memperdaya orang !
Kami perlahan-lahan menjauh, sambil
pura-pura sibuk motret-motret bangunan. Di sini saya puas banget.
Soalnya selain tempat ini ramai sekali, polisinya juga banyak.
Tenaaaaang !
Amaaaan ! (ira)
No comments:
Post a Comment