Membuka file-file foto, sampailah
saya pada gambar tumpukan koper-koper. Koper-koper tersebut dengan
latar belakang Hotel Sofitel Mekkah. Saya jadi teringat ketika saya
menginap di hotel itu pada saat menunaikan ibadah haji di Bulan
Desember 2005.
Sebelum menginap di Hotel
Sofitel Mekkah, kami yang rombongan haji bersama Billad Tour sudah
bermukim selama 9 hari di Medinah. Saya berangkat bersama adikku Maya
dan Mas Aleks suaminya. Kami berangkat bersama Bilad Tour dengan
lama ibadah dan perjalanan selama 29 hari.
Di Mekah kami menginap di Hotel
Sofitel. Sebuah hotel yang letaknya persis di sebelah halaman
Mesjidil Haram. Saya katakan disebelahnya lantaran begitu keluar
hotel, saya langsung menginjak jalan aspal. Setelah jalan aspal ya
sudah halaman luar Mesjidil Haram.
Maka ketika suatu hari saya tidak bisa
mengikuti sholat di mesjid, tinggal buka jendela. Di jalan-jalan
penuh dengan orang-orang yang mengikuti sholat. Sehingga suasana
religius yang tersebar di seluruh kawasan mesjid ini amat terasa
meski saya tak berada di mesjid.
Koper jemaah haji antri untuk masuk hotel. |
Begitu juga saat ingin melakukan sholat
tahajud yang kami lakukan kurang lebih pukul 03.00, saya berani
berangkat sendiri dari hotel ke Mesjidil Haram. Kadang adikku mungkin
tak sedang ingin sholat Tahajud. Meski suami adikku ingin mengantar,
tapi saya katakan kalau saya sanggup sendiri. Lha wong, keluar
hotel aja ramai sekali.
Ya, di sekitar hotel itu memang selalu
sibuk. Nggak pagi, nggak siang dan malam. Ramai terus. Begitu
hidupnya kota Mekkah yang satu ini. Ada orang-orang yang jalan ke
mesjid. Ada juga orang-orang yang berjualan. Ada yang numpang lewat
di jalan itu. Yang penting begitu keluar hotel jangan celingukan.
Jangan kelihatan bingung. Jalan yang tenang. Jalan yang mantap. Jadi
tak ada yang curiga lantas iseng mengganggu.
Yang mengganggu sebenernya justru para
pedagang-pedagang. anyaknya orang berjualan. Hadeeuuh …. Jangan
sampai mau ke Mesjid niatnya, tapi malah belanja. Alhamdulillah waktu
itu sudah puas deh, belanja di Medina untuk oleh-oleh. Jadi pas di
Mekkah, mata sudah tak jelalatan lagi melihat pernak-pernik untuk
oleh-oleh di tanah air.
Suasana di dalam hotel amat nyaman.
Layaknya seperti hotel-hotel bertaraf internasional. Ber AC, makan
enak dam tenang. Lantaran pada saat itu bermukim jemaah dari
Indonesia, maka makan yang di sediakan sehari 3 kali itu makanan
dengan menu Indonesia. Enaknya sih enak, hanya di sana susah sayur.
Jadi menunya lebih banyak daging. Buat yang ingin menu
internasional, di hotel itu ada beberapa restorant.
Dekorasi hotelnya juga cantik dan
artistik. Saya perhatikan banyak memakai detail-detail timur tengah.
sesuai dengan lokasi hotel saat itu. Kain kordijnnya misalnya. Juga
jok jok kursi nampaknya tenunan khas / motiv setempat. Jadi pihak
hotel juga sambil memperkenalkan unsur-unsur wisatanya.
Sayangnya semua yang saya ceritakan
ini tinggal kenangan. Soalnya menurut beberapa kenalan yang dalam
beberapa tahun terakhir ini ke Mekkah, Saat ini Hotel Sofitel Mekkah
sudah tiada lagi. Hiks sedih, ikut terkena gusur. Dengan adanya
perluasan bangunan Mesjidil Haram, kena lah jajaran Softel ini
termasuk Pasar Seng. Pasar tradisional di sana yang menjual segala
macam keperluan para jemaah haji. Mau coklat, kurma dan entah apa
lagi yang ada di pasar itu.
***
Meski hotel Sofitel tempat saya
menginap di Mekkah sudah tidak ada lagi di lokasi semula, tapi saya
akan selalu ingat. Setidaknya keberadaannya yang begitu dekat dengan
Mesjidil Haram, amat mempermudah kegiatan saya untuk bisa setiap saat
melakukan ibadah di mesjid. Sampai saat ini saya belum mendapat
informasi lagi, dimana letak Hotel Sofitel di Mekkah. Hotel Sofitel,
where are you ? *** (ira)
No comments:
Post a Comment