Monday, April 29, 2013

Bale Raos Kedaton : Icip - icip Kudapan Para Raja



Suasana salah satu Pendopo Bale Raos

Akhirnya sampai juga di Bale Raos Keraton.  Katanya sih, rumah makan tersebut, rumah makan yang menyediakan makanan para raja dan ratu  Kesultanan Jokjakarta. Entah memang pengen bener, entah termakan promosi orang, nyatanya  sewaktu saya di Jogja kemarin,  saya  sempatkan juga bersama dengan Mbak Willy dan Russel.



Begitu akan masuk  ke rumah makan Bale Raos yang terdiri dari 2 pendopo di sisi kiri dan kanan, saya agak ragu juga. Bukannya apa sih, tentengan belanjaan kami cukup banyak.  Maklumlah, sebelumnya kami mampir dulu beli oleh-oleh, lantaran malam harinya  jam 23.30 kami sudah akan kembali  ke Bandung lagi naik kereta api.  Tentengan kami ber 3 sama. Satu tas keresek putih berisi Gudeg Mbarek Bu Hj. Amad yang  belinya di Jl Kaliurang Km 5.  Satu tentengan lagi isinya aneka oleh-oleh yang dibeli di bakpia  pathok. 


Salah satu ukiran yang berada di kayu penyangga 
Kami kan naik taksi, jadi begitu sampai di Jl Magangan Kulon No 1 – Kraton itu, ya barang-barang harus kami bawa. Soal pakaian sih ditanggung rapih dan gaya. Sama dengan tamu lainnya. Tapi  tentengannya itu yang membuat kami mesam mesem waktu masuk.  

Kami duduk di tenda luar dengan meja makan bergaya antik klasik. Warna coklat dengan sedikit ukiran.  Seorang pramusaji, memberikan daftar menu. Dalam daftar itu tersusun mulai dari makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup juga minuman. Menu di tulis dalam 2 bahasa. Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.  Tulisannya kecil-kecil. Suasana yang tidak terlalu terang, susah untuk membaca  dari menu yang satu ke menu yang lain.  Butuh waktu. Gak terlalu jelas.

Menariknya setiap menu  selalu ada ilustrasinya. Kalau di tempat lain, ilustrasinya berupa isi dan komposisi dari makanan tersebut. Tapi resto Bale Raos Keraton  tertulis misalkan, makanan Selada Jawa merupakan hidangan pembuka pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono VIII (1921 – 1929).  Bagi yang senang sejarah,  pasti senang. Selain asyik kulineran, tapi juga seru untuk menelusuri makanan kegemaran raja-raja Keraton Djogja ini.

“Mbak berapa lama pesanan keluar ?’, tanyaku pada si mbak, agar kami tahu berapa lama kami menunggu.
“Kurang lebih 15  - 20 menit bu”, begitu jawabnya ramah dengan logatnya yang medok.
“Hm, nggak bisa lebih sebentar ? Udah laper mbak ”, begitu ungkapku singkat dan memang waktu itu sudah jam 8 malaman. 
 “Kebetulan banyak  tamu  bu, tapi saya akan usahakan untuk lebih cepat “, begitu  ia meyakinkan tamunya.
“ Oke lah kalau begitu ! Kita buktikan !”, saya membalasnya sambil ketawa-ketawa.


Mungilnya si nasi merah.
Soalnya memang waktu itu, hampir semua  kursi terisi. Sambil mikir-mikir bener nggak ya ?  Bisa tepat waktu. Wong meja deretan para tamu  dari sebuah bank yang sedang dinner saja, dibeberapa mejanya baru mulai disajikan. Belum meja-meja kelompok lain. Tapi, ya sudahlah. Sabaaarrrrr.

Sambil menunggu, saya memperhatikan situasi resto yang memang berada di kompleks Keraton Jogjakarta itu.  Salah satunya kayu-kayu  penyangga pendopo yang masih nampak kuat. Di setiap penyangga itu terdapat ukiran. Sederhana. Tapi menarik. Berwarna hijau dengan ukiran putih dan sedikit aksen merah mudanya. Saya tak tahu artinya, tapi ini merupakan salah satu daya tariknya.

Ternyata surprise !

Singgang Ayam
Kurang dari waktu yang disebutkan, pesanan sudah datang.  Saya langsung menyambutnya. Dah laper broooo !  Harum dan lezat kelihatannya. Pilihan makanan saya nasi merah, singgang ayam dan tumis daun papaya.  Minumannya Beer Jawa. Buat saya inilah saat-saat yang mendebarkan . Enak nggak ya masakannya ? Kalau enak, ya Alhamdulillah. Kalau nggak enak, ya itulah resiko icip-icip.
 Nasi merahnya ukurannya kecil. Kalau soal rasa, nasi merah dimana-mana  ya gitu deh rasanya.  Ukurannya kecil. Jadi kalau untuk makan malam pas lah. Tapi kalau makan siang, pastinya saya bakal nambah 2 gunungan.  Saya sebut gunungan, lantaran nasi merah itu dibentuk seperti gunung.

Lauknya, Singgang Ayam. Sebenarnya ya sate-sate juga,  tapi bumbu sausnya  yang dari rempah itu, yang bikin berbeda.  Enak sih.  Sate yang terdiri dari 6 tusuk ini merupakan  Sate Kegemaran Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Pantes enak, lha wong selera raja.

Oseng Daun Pepayanya, WouW bangets.

Sayurnya, Oseng Daun Pepaya. Masakan khas Gunung Kidul ini saya pilih lantaran makanan kesukaan saya. Ternyata menu dedaunan ini, menjadi salah satu menu sajian untuk  GKR Hemas saat beliau mengunjungi desa –desa di Yogyakarta. Soal rasa, jangan khawatir. Bumbunya terasa sekali. Daun pepayanya  bisa tak terasa pahit,  sementara tidak berasa pedas meski di tumisan tersebut betebaran potongan lombok merah. Bisa membayangkan enaknya tho ?

Beer jawa


Minumnya  Beer Jawa . Beer  non alkohol  ini  memang   minuman Khas Jogja. Terbuat dari ramuan   aneka bahan alami seperti : sereh, kulit kayu secang, mesoyi, kayu manis, kapulaga, cengkeh, jahe dan jeruk nipis. Minuman yang menjadi kegemaran dari Sri Sultan  Hamengkubuwono VIII ( 1921 - 1956 ), nikmat banget. Diminum hangat agak panas, setelah makan malam.  Rasa rempahnya terasa sekali dan mampu menghangatkan tubuh.

Sebenarnya saya naksir juga beberapa makanan seperti Tapak Kucing ataupun Urip-Urip Gulung. Keduanya makanan favorit Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Sempat bingung saat memutuskan pesan Singgang Ayam. Saya juga berusaha menawarkan ke dua menu tersebut  pada teman-temanku. Nantinya kan bisa share. Tapi mereka punya pilihan favorite sendiri.

So, itu berarti, saya masih harus datang ke sana lagi. Jelajah kuliner di Bale Raos Keraton belum berakhir. Masih banyak yang harus dicicipi untuk menuntaskan makanan kegemaran para sultan Keraton Jogjakarta. Kalau ke Jogja lagi, pasti  mampir  lagi  ke Bale Raos yang memang raos (enak). *** (ira).

Note :
1.     Soal harga relatif, tapi sekedar tahu bahwa untuk  Beer Jawa Rp 14.000,- , Oseng Daun Pepaya Rp 13,500,- dan  Singgang Ayam Rp 21.000,-.
2.      Resto Bale Raos Keraton Jogja, buka pada pukul  09.30 – 21.30 WIB.

No comments:

Post a Comment

Terbayang-bayang Pulau Maratua

Terbayang - bayang Pulau Maratua

Sore hari di Pulau Maratua Dalam trip saya ke Kepulauam Derawan, maka saya singgah di beberapa pulaunya. Di antaranya  pulau Maratua,...

Main Ke Stone Garden