Ketika saya tiba
di Bandara Ataturk - Istambul, saya sudah dijemput oleh Mas Ebi. Ia akan
menemani kami ( saya dan Maya – adikku ) selama beberapa hari di Istambul. Ini diluar dugaan, ternyata diam-diam sodaraku
Mbak Tamara yang tinggalnya di Ankara menyiapkan seorang guide yang membuat
perjalanan kami mudah dalam segalanya.
Ini dia Grand Bazaar |
Sejumlah daftar tempat wisata disodorkan. Kami sih iya-iya saja. Soalnya yakin, bahwa kami akan diajak ke tempat-tempat okenya Istambul. Tapi begitu Grand Bazaar di tempatkan di posisi terakhir, kami protes. Ya iyalah, namanya juga emak-emak. Pasar itu, mall atau apa pun tempat berbelanja, kudu ditempatkan di urutan pertama.
Maka, jadilah
tempat kunjungan pertama kami adalah Grand Bazaar. Bukan Istana Topkapi yang
demikian tersohor. Ataupun Blue Mosque. Juga
Hagia Sophia. Pun Selat Bhosporus.
Salah satu kios souvenir di Grand BAzaar |
Begitu tiba di
kawasan Grand Bazaar baru percaya betapa pasar yang luasnya 30,6 hektar ini ramai
banget. Ramai lantaran orang lokal dan
turis juga. Dikarenakan saya baru tiba
dari Ankara, maka saya bisa membedakan suasana kota Ankara yang sepi turis dan
juga Istambul yang rame turis. Hal ini
saya perhatikan semenjak tiba di
Istambul, sejak berada di bandara Atataturk Havalimani.
Pas tiba di Grand
Bazaar, saya langsung melihat pintu masuk pasar ini. Di depannya tertulis Kapaliqarsi Grand Bazaar. Begitu masuk, saya
langsung melihat bangunannya yang antik, dengan pilar-pilarnya. Bangunan ini
terbuat dari tembok tetapi untuk pewarnaannya menggunakan potongan keramik
berwarna warni. Itulah hasil karya leluhur mereka sejak 500 tahun lalu. Hebatkan
?
Phasmina-phasmina dipajang di luar kios. Di sini banyak kios yang menjual phasmina. |
Ditepi-tepi
lorong, banyak sekali orang berdagang di
kios kios mereka. Mulai dari berbagai karpet, phasmina, souvenir-souvenir , pakaian, sepatu, makanan dan snack dan
segala macamnya ada di sana. Maklum lah
pasar besar ini memang bukan hanya di datangi para turis, tetapi sehari-harinya
juga tetap diburu pembeli lokal.
Tujuan saya
kesana, membeli oleh-oleh. Barang yang kecil-kecil dan makanan khas Turki. Saya
langsung berkeliling melihat satu persatu. Membandingkan harga dan kualitas
barang. Puas survey ini dan itu, barulah kami belanja.
Macam-macam sulaman di bantal, taplak meja dan mukena |
Belanja dilakukan
hari ke 3. Nah lo, lantaran pas survey kios ato lokasinya nggak dicatat,
ternyata barang-barang yang kami taksir jadi lupa tempatnya. Halah ! Padahal lokasi
di sana banyak lorong-lorongnya. Di hari ke 3 di Istambul, kami sudah lelah
juga, wong tiap hari ngukur jalan. Pergi pagi, malam baru sampai di hotel.
Akhirnya kami tak menemukan beberapa lokasi yang pernah di survey. Tapi paling
enggak harga patokan sudah dipegang.
Lumayan, ada pegangan untuk tawar menawar.
Kalau saya lihat
souvenir di Turki sama aja di lokasi yang saya lihat. Sejak saya di Ankara,
trus ke Capadokia, souvenir yang ditawarkan sama saja. Tapi saya melihatnya
semua serba unik. Ada lampu meja pojok mungil yang dihiasi tutup kaca berwarna
warni dan diiket dengan besi kuning keemasan. Sumpah deh naksir banget.
Tapiiiii gimana membawanya. Trus keramik-keramiknya. Keramik khas Turki yang warna warni dengan gambar-gambar bunga tulipnya. Ada jambangan bunga, ada mangkuk, ada piring, gelas dan banyak bentuk lainnya. Warnanya juga keren-keren. Gantungan kunci, tempelan lemari es. Duh, kalau lihat sendiri baru bingung. Pastinya semua bagus !
Di kios karpet melihat-lihat karpet yang keren-keren. |
Saya juga sempat
mampir di kios penjual karpet Turki. Karpetnya bermacam-macam ukuran. Dari yang
terkecil sampai yang terluas. Macam-macam warnanya. Belum lagi motifnya.
Pastinya semua nggak ada yang murah. Tapi itulah mereka, tetap ramah meski
tamunya hanya sekedar tanya-tanya.
Begitu banyak ragam barang yang bisa dijadikan oleh-oleh, sesuai
dengan kemampuan pembeli. Intinya di sana kita harus menahan diri juga. Jangan
segala macam disebut lucu dan dibeli. Bagaimana pun harus dipikirkan jangan
sampai barang yang dibawa kelebihan terlalu banyak. Kelebihan banyak bagasi, silahkan tanggung sendiri. Jalan ke
Grand Bazaar sekedar cuci mata kan nggak apa apa juga ! (ira).
No comments:
Post a Comment