Pura Tanah Lot |
Pertama kali menginjak
Pulau Bali, di tahun 1979.
Sejak 35 tahun yang lalu itu, hingga
sekarang tahun 2014,
Tanah Lot nggak berubah.
Masih tetap menarik !
Pura yang satu ini masih selalu ramai
di kunjungi orang. Ya wisatawan negeri sendiri maupun turis
mancanegara. Jadi Tanah Lot ini termasuk tempat wisata yang abadi. Favoritenya banyak
turis. Buktinya, saya dan mungkin banyak orang, masih juga senang ke Tanah Lot. Masih mencantumkan Pura Tanah
Lot dalam daftar trip kami. Padahal banyak pura lainnya. Bahkan sekarang sudah banyak terekspolore obyek obyek yang
baru di tempat lain. Tapi Tanah Lot, masih tetap dihati.
Suasana Penantian Sunset |
Daya tarik Tanah Lot memang
pemandangannya. Di sana orang bisa melihat sebuah pura yang terletak di atas bongkahan batu
yang dikelilingi oleh air laut. Pemandangan saat air pasang dan surut terhadap
pura Tanah Lot bisa berbeda meski sama-sama menarik.
Ketika sedang pasang, maka pura Tanah
Lot yang letaknya di puncak batu itu bisa serasa sebuah perahu yang terombang
ambing di sebuah lautan. Tapi begitu air surut, maka pura Tanah Lot itu serasa
berdiri megah di atas sebuah batu dikelilingi dataran pasir yang sekali-kali
basah lantaran gulungan ombak. Saat
seperti ini, biasanya wisatawan bisa turun, bermain di laut dan naik ke pura Tanah
Lot melalui tebing batu itu. Tapi
utamanya buat mereka yang mau sembahyang ya inilah saatnya untuk menuju pura
tersebut.
Di bawah pura Tanah Lot ini terdapat gua.
Ada Gua Air Suci dan Gua Ular Suci. Untuk masuk ke lokasi ini mudah
saja. Cari mas penjaga gua. Cirinya mereka memakai baju adat Bali. Atau tanpa kita cari pun
mereka suka menawarkan tamu-tamu untuk melihat gua yang berisi air suci dan gua
tempat tinggalnya ular-ular milik dewa-dewa yang ada di situ. Bersama dengan
mas penjaga gua-gua ini, para tamu akan banyak mendapatkan cerita tentang ke 2
gua ini. Menarik, kalau kita punya waktu untuk mendengarkan riwayatnya.
Batu Bolong - Puranya ada di atas |
Penonton di sekitar Pura BAtu Bolong |
Berada di kawasan itu, di sebelah barat Pura Tanah Lot, ada Pura Batu
Bolong. Kalau pura Tanah Lot letaknya bagai di sebuah pulau, maka Pura Batu
Bolong terletak di atas sebuah tebing yang menjorok ke laut. Lantaran tebing
itu ada lubang di bawahnya, maka lokasi itu di sebut batu bolong. Jadi pura yang
terletak di atasnya itu juga di sebut Pura Batu Bolong. Pemandangan di sisi batu bolong ini bagus dan
membuat banyak orang turun ke bawah karena tidak tahan untuk bermain dengan
ombak yang menderu ke pantai. Menggoda
banget.
Pura-pura tersebut hingga sekarang masih digunakan sebagaimana mestinya.
Sesuai dengan letaknya yang berada di kawasan laut, maka pura tersebut
merupakan pura laut. Pura Tanah Lot digunakan sebagai tempat pemujaan para
dewa-dewa penjaga laut. Menurut legenda yang beredar, Pura Tanah Lot dibangun pada abad 16. Konon, Danghyang
Nirartha, adalah seorang Brahma dari Jawa. Dengan segala kekuatan dan
kesaktiannya, ia lah yang memindahkan
bongkahan batu ke tengah pantai di lokasi yang sekarang. Setelah itu ia membangun
pura Tanah Lot itu.
Sunset di atas Batu Bolong |
Berada di kawasan ini, berarti orang bisa melihat Pura Tanah Lot dan Pura
Batu Bolong serta beberapa pura lain yang ada di kawasan ini. Kawasan ini makin
sore makin ramai. Tujuan utama wisatawan, selain menikmati pemandangan yang
khas, orang juga senang melihat sunset di sini. Lokasi ini menjadi lokasi
penantian banyak tamu untuk melihat terbenamnya matahari seperti di Kuta juga.
Bedanya kalau di Kuta orang bisa kepanasan lantaran menanti di tepi pantai,
sementara di Tanah Lot orang tak perlu kepanasan lantaran di sini banyak sekali
pepohonan. Belum lagi tiupan angin laut yang membuat orang makin betah di sana.
Sebegitu ramainya orang di kawasan Pura Tanah Lot dan Pura Batu Bolong menjelang
sore. Bahkan makin sore makin ramai. Khususnya menjelang jam 6 sore, dimana
saat-saat menjelang matahari terbenam. Menjelang waktu sunset biasanya langit
tak menentu. Warna kuning, orange, biru langit biasanya menyatu. Akibat
pantulan matahari, biasanya menimbulkan warna dan guratan alam yang tidak
terduga. Lalu menampilkan sesuatu yang membuat kita semua terpukau. Dahsyat.
Aneh. Bahkan tak pernah sama. Itulah karya Yang Maha Kuasa.
Suasana Sunset di Pura BAtu Bolong |
Matahari Terbenam di sekitar BAtu Bolong |
Begitu matahari terbenam, semua tamu langsung pulang. Kawasan itu begitu
drastis, langsung sepi. Sambil pulang mereka mampir di lapak-lapak cinderamata
atau ngopi dan kulineran di sana. Santai. “Soalnya kan tadi ngejar sunset. Biar
gak kehilangan momentnya”, ungkap Nina dan teman-temannya, pelancong dari
Madiun. Makanya begitu matahari terbenam, gantian lapak-lapak penjual souvenir,
ramai dikunjungi pelancong.
Tapi, apa iya orang ke sana hanya untuk nonton matahari terbenam ? "Reuni kak dengan teman-teman SMA dari Boyolali", begitu ungkap Menik, seorang karyawati swsta dari Jakarta. Ini memang salah satunya. Tapi kalau saya lihat -lihat lagi, ya memang ada yang datang untuk beribadah, pemotretan, kencan, sekedar cari angin, melukis, penelitian, kulineran dan masih banyak lainnya. Yang penting setiap orang dapat memanfaatkan waktunya dan menikmatinya sesuai dengan selera hatinya.
Tapi, apa iya orang ke sana hanya untuk nonton matahari terbenam ? "Reuni kak dengan teman-teman SMA dari Boyolali", begitu ungkap Menik, seorang karyawati swsta dari Jakarta. Ini memang salah satunya. Tapi kalau saya lihat -lihat lagi, ya memang ada yang datang untuk beribadah, pemotretan, kencan, sekedar cari angin, melukis, penelitian, kulineran dan masih banyak lainnya. Yang penting setiap orang dapat memanfaatkan waktunya dan menikmatinya sesuai dengan selera hatinya.
Satu per satu kendaraan di tempat parkir pun melaju meninggalkan tempat
parkir. Sebelum naik mobil saya masih sempat ketemu dengan Bu Yudi (78 tahun)
dan Bu Tuti (80 tahun) penjual kelepon hijau yang mangkal dekat parkiran. Kelepon
hijau yang dijual oleh 2 ibu asal Desa Beraban ini yang sudah puluhan tahun
membuka lapak di situ.
“ Keleponnya. Sepuluh ribu 3 bungkus ”, begitu ungkap Bu Yudi dengan logat
khas Balinya menawarkan pada saya. Yaaaaa, dia lupa kalau saya dan teman-teman
sudah membelinya tadi, sewaktu baru datang.
Penjual klepon hijau |
Alhamdulillah, sempat beli beberapa bungkus kelepon.
Ternyata kelepon hijau itu, berguna untuk mengganjal perut saat menunggu
sunset.
Begitu berasa lapar, langsung sebuah kelepon masuk mulut.
Dasar laper, apa aja yang di makan enaak banget ! *** ira.
Tips :
1.
Pura Tanah Lot terletak di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten
Tabanan;
2.
Waktu tempuh + 45 menit dari Denpasar;
3.
Bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi dan kendaraan umum;
4.
Sebaiknya datang agak siang;
5.
Jangan terpaku di satu sudut, soalnya tiap sudut memiliki keindahan yang
berbeda.
6.
Harga tiket Rp 10.000,- dewasa dan Rp 7.500,- anak-anak.
No comments:
Post a Comment