Tuesday, September 27, 2016

Belanja di Pasar Lok Baintan



Jukung-jukung itu sudah terlihat walau masih agak gelap suasana paginya.

 Ihhhhhh asyik  banget suasananya.  "Tradisional sekaleeee ",  Begitulah komentar pertama saya,  saat menjelang jam 6 pagi tiba di kawasan Pasar Terapung Lok Baintan, Kalimantan Selatan. Pasar tradisional yang terletak di sungai Martapura itu merupakan  warisan leluhur  dari nenek moyang para pedagang –pedagang  itu. Sudah ratusan tahun loh.


 Saya melihat ibu-ibu datang mengumpul dengan  jukungnya. Dari yang sepi belum nampak  jukung, hingga  sungai di penuhi jukung – jukung  yang pendayungnya hampir semua ibu-ibu dengan aneka barang dagangan.  

Ramai dengan jukung-jukung. Klotok yang beda sendiri itulah kapal wisatawan.
Sungguh saya senang banget dengan suasana pagi yang terasa segar itu. Suara-suara mereka ceria. Wajah-wajahnya sumringah. Saling menyapa. Walaupun saya nggak ngerti apa yang mereka teriakan itu. Tapi menandakan keriangan dan kebahagiaan mereka.

Rasanya nggak percuma saya datang pagi-pagi. Berangkat jam 5 pagi dari Hotel Victoria  tempat saya menginap yang terletak  juga di tepi sungai.  Perjalanan dari hotel dengan  kapal klotok yang saya pesan dari hotel  itu hanya 45 menit.  Jadi biar pun perjalanan masuk ke pedalaman terasa sepi dan masih gelap, tapi amaaaan. Apalagi pengemudi kapalnya, pak Sasi banyak bercerita di sepanjang perjalanan.

Para pedagang dengan dagangan di masing-masing jukungnya/
 
Kesibukan di atas sungai
Sebenarnya di kota Banjarmasin juga ada pasar terapung. Tapi suasananya sudah beda, makin lama makin sedikit.  Nggak seramai di Pasar Lok Baintan. Lantaran orang sudah lebih banyak yang senang ke pasar. Sehingga para pedagang pun mengikuti pembelinya, ikut berdagang di pasar. Kalau tidak, siapa yang mau membeli  dagangan mereka.

Syukurlah pasar terapung yang di Lok Baintan masih ada. Bagaimana pun suasana di sini beda banget dengan pasar  terapung yang ada dikota Banjarmasin. Di Lok Baintan masih lumayan banyak pedagangnya. Jadi saya masih menikmati suasananya di sungai yang demikian luas itu. Menikmati aktivitas penjualan dan pertukaran barang di sungai itu.


Topi khas ibu-ibu bila kepanasan. 
Begitu banyak macamnya barang yang mereka bawa itu. Ada yang sayuran. Ada yang buah-buahan.  Jajanan pasar. Bumbu-bumbu. Bahkan ada juga yang menjual soto Banjar. Semua penuh terisi barang jualan.


 Saking terpesonanya menyimak keramaian di pasar saya malah nggak ngapa-ngapain.  Seneng aja nonton.  Awalnya memotret pun tidak.  Ada yang saling bertukar barang. Ada yang tawar menawar. Bahkan orang-orang yang rumahnya di tepi sungai pun bertransaksi dari rumahnya. Perahu-perahu itu mendekat.

Pisang ...! Daun Singkong ...!
 
Buah - buahan. Komplit.
Kue-kue yang berwarna warni dan enak.
Rata-rata mereka menjual ini dan itunya seharga Rp 5.000,-. Perahu-perahu ini mengikuti aliran arus sungai nya. Jadi bisa terjadi dimenit-menit itu mereka berkelompok di sana. Tapi menit-menit berikutnya sudah berkelompok di tempat yang lain. Mereka mendayung kalau akan pindah tempat. Tapi kalau masih disitu-situ juga mereka biarkan perahunya berayun-ayun dan para pedagang sibuk dengan kegiatan penjualannya.

Perahu wisatawan selalu menjadi incaran. Saya juga termasuk loh yang jadi incaran mereka. 
“ Tukar bu, tukar bu”, begitu saat mereka menawarkan barangnya. Saya lalu membeli jajanan nya.  Saya lalu kenal dengan seorang penjual yang namanya Ammie. Ia menjual  kuenya. Kue apam.  Saya  pun beli papare. Warnanya hijau. Kalau di Bandung  banyaknya warna merah dan saya menyebutnya kue ku.

Seorang ibu dengan anaknya. Dagangannya laris manis.
Kalau sempat naik ke Jembatan gantungnya juga asyik. Di sini para tamu akan melihat pemandangan ke bawah. Kalau di sini ya kita sekedar melihat ramainya saja. Tapi gak bisa ngikutin transaksi jual belinya. Pas di atas jembatan ini saya mulai nyadar. Soalnya di bawah lewat perahu perahu yang sudah kosong isinya. Ternyata memang para pedagangnya sudah berkurang. Mereka pulang ke rumah jika dagangannya sudah laku. 

Jembatan Gantung di Pasar Lok Baintan.
Lihatlah latar belakang pemandangan di bawah jembatan.

Barang dagangannya sudah laris. Terlihat dari atas jembatan.
Waduuuuuh ! Padahal masih ingin di situ melihat keramaian pagi di sungai ini. Ternyata  waktu cepat sekali berlalunya. Para pedagangnya sudah tidak ada.  Jam 07.30 udah sepi dan saya tinggalkan Lok Baintan.


Begitu duduk lagi di klotok.  Tak ada ada aktivitas. Baru terasa lapaaar.  Asyiknya dalam perjalanan pulang ada depot soto Bang Amat. Nah, mampir lah saya di sana.  Ternyata perahu-perahu yang saya lihat di sana semuanya makan di Soto Bang Amat.

Soto Banjar "Bang Amat". Maknyus !

Begitu saya coba, wach sotonya memang maknyuuuus. Apalagi ditemani dengan sate ayam yang ada di situ juga. Doble maknyus ! **** (ira).












No comments:

Post a Comment

Terbayang-bayang Pulau Maratua

Terbayang - bayang Pulau Maratua

Sore hari di Pulau Maratua Dalam trip saya ke Kepulauam Derawan, maka saya singgah di beberapa pulaunya. Di antaranya  pulau Maratua,...

Main Ke Stone Garden