Sungai yang mengalir dari bawah Air Terjun Jumog |
Candi Ceto, Kebun Teh Kemuning, Candi Sukuh dan Air Terjun Jumog.
Itulah destinasi wisata yang hari itu
akan saya datangi bersama dengan teman-teman dari Bunda Ngebolang. Seneng sih, tapi dalam sehari begitu banyak
lokasi, apa ya cukup waktunya? Apa nggak terbirit-birit di satu lokasi? Tapi,
ya sudahlah. Saya kan harus mengikuti
jadwal perjalanan yang sudah diberikan jauh hari sebelumnya.
Ternyata menyenangkan. Start dari Bandara Adi Sumarno di Kota
Solo, rangkaian perjalanannya
searah. Karena lingkungannya itu-itu
juga, maka sepanjang perjalanan hari itu, mata dimanjakan oleh pemandangan yang
amat menyegarkan mata. Perbukitan, lereng,
jurang, perkebunan, kabut yang tebal dan tipis yang semua amat mendinginkan mata.
Belum lagi hawa yang amat menyejukkan
badan.
Gemericik air ini menemani pengunjung saat jalan menuju Air Terjun Jumog |
Sampai di Air Terjun Jumog, kami tiba
kesorean. Jadi di sana tak ada lagi pengunjung selain kami para emak yang
jumlahnya ada 11 orang. Kondisi demikian, sama sekali tak menyurutkan semangat
para emak-emak untuk menjelajah. Bahkan para guide yang biasanya mau menemani
tamu pun sudah tidak ada. Begitu selesai membayar karcis seharga Rp 3000,- per
orang dewasa, kami masuk. Harga tiket tamu mancanegara Rp
10.000,- per orang.
Air Terjun Jumog ini persisnya terletak
di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa
Tengah. Perjalanan ke sini mudah. Jalanan juga bagus. Bahkan kendaraan umum pun
ada.
“Mas,
ini kan kita sampai di sini dari Candi Ceto. Tapi seandainya dari Solo, Jumog
itu letaknya di sebelah mananya?”, begitu saya menanyakan pada mas supir.
“Ini
40 km ke arah timur Solo”, jawabnya.
Bagian atas air terjun |
Sampai di lokasi ini pun saya belum
sempat melihat dan mencari tau air terjunnya itu seperti apa. Belum sempat
membuka-buka internet. Sambil menuju ke air terjun, yang letaknya
di sebelah sebuah aliran sungai. Awalnya ada yang bersemen. Tapi lama-lama
mulai dari tanah. Ada batu-batunya sedikit.
Sampai saya terhenti. Di
kejauhan sana, saya melihat air terjun yang indah sekali. Tingginya kira-kira
30 meteran. Saya terkagum-kagum. Saya tidak membayangkan air terjunnya sebagus
itu. Air terjun itu jatuh melebar dan airnya mengalir di sebuah sungai yang
berbatu-batu dan meliuk-liuk.
“Kereeen”, teriak
saya saking gembiranya.
“Surprise”, saya berteriak lagi.
Bener-bener happy banget sore
itu. Surprise dapet pemandangan cantik yang untuk mendapatkannya tidak sulit. Jalannya
dekat, hanya 400 meteran dari tempat parkir. Tanpa turunan dan tanjakan yang
berarti. Tak ada siapa-siapa di sana selain kami ber 11 orang. Menjadikan
tempat yang maha luas itu bagaikan milik kami ber 11 orang.
Cantiknya Air Terjun Jumog |
Saya jalan makin mendekat. Suasana
makin dingin. Di lingkungan saya hanya ada pepohonan rindang di kiri dan kanan
sungai. Suara aliran sungai menyertai perjalanan saya ke air terjun. Makin
dekat air terjunnya. Suaranya makin menggelegar. Percikan air-air terjun mulai
mengenai tubuh. Suasananya eksotik banget.
Semua sibuk dengan aktifitasnya
sendiri-sendiri. Ada yang sibuk foto. Begitu banyak lokasi yang cantik untuk
berfoto-foto. Mulai di bawah grojogan air, di sungai dengan batu-batunya, di
jembatannya mau pun di bawah pepohonannya.
Foto-foto dulu ah! |
Selain itu banyak juga yang
mainan air. Termasuk saya juga masuk ke dalam air. Wah, rugi banget kalau tak
bermain air di sini. Air gunung bersumber dari mata air itu selalu membuat
kangen. Gak ada air sesegar air yang berasal dari mata air.
Nyes ....
Wuh. Dingin ...
Segar ...
Terasa sekali cipratan-cipratan
air yang berasal dari air terjun itu.
Sampai akhirnya kami semua
kembali karena hari semakin gelap. Bunyi air terjun semakin tak terdengar.
Sementara bunyi aliaran sungai masih bersama kami dan ditambah dengan suara
burung dan binatang malam penghuni pohon-pohon tinggi di kawasan itu. Yach
...agak serem juga sih. Sudah menjelang magrib.
Saya masih sempat membalikkan
badan melihat air terjun dari kejauhan. Barulah saya menyadari bahwa air terjun
ini indah. Letaknya memang tersenbunyi. Panteslah kalau air Terjun Jumog ini di
sebut dengan “ The Lost Paradise “.
Eksotik |
Pastinya berada di situ bila tidak
kemalaman dan masih banyak orang akan lebih bisa lama lagi. Lebih bisa
menikmati suasana alamnya yang eksotik. Apa lagi di sana juga bisa kulineran.
Ngopi-ngopi atau pun kulineran sate ayam dan sate kelincinya nikmat banget.
Mencari yang hangat model mie rebus juga ada. Tempat untuk duduk dan istirahat
juga banyak di sana.
Datang bersama keluarga juga
pasti lebih menyenangkan. Selain bisa kulineran di sana ada tempat bermain
anak-anak juga ada tempat-tempat untuk beristirahat. Semua di lingkungan alam
yang begitu asri. Ya, mungkin ini baru perkenalan bagi saya. Suatu saat saya
ingin ke sana lagi dengan waktu kedatangan yang lebih awal.
Dari perjalanan ke air terjun
ini, saya dapat melihat bahwa meskipun waktu yang terbatas, teman-teman saya
tak putus asa. Malah mengoptimalkan waktu yang ada. Buktinya ditengah waktu
yang terbatas, kegembiraan dan keceriaan pun tetap dalam genggaman mereka. ***
No comments:
Post a Comment