Monday, August 14, 2017

Icip-icip di Marocco





Jalan ke mana pun, rasanya nggak afdol kalau tak mencicipi masakan di tempat yang kita datangi. Kali ini, inilah cerita kulineran saya saat saya berada di Marocco.  Sebuah negara yang letaknya di Benua Afrika bagian Utara.


Selama 2 minggu di Marocco tentu makanan yang saya pilih adalah makanan khas Marocco. Ada beberapa yang saya pilih seperti  tajin, sate, martabak, soup dan beberapa laonnya.  Dari semuanya itu, ternyata ada makanan yang selalu keluar terus bila seseorang makan di restoran.  Ini ceritanya.


Semangkuk Buah Zaitun

Zaitun disajikan bersama makanan pencuci mulut.
Sebelum makan, kami pasti di suguhi buah zaitun di sebuah piring atau mangkok kecil. Buah zaitunnya macam-macam loh. Ada yang berwarna kuning, hijau, coklat, hitam. Keungunan dan ada juga yang merah.  Zaitun ini makanan yang sehat. Rasanya asem-asem gitu.  Trus pernah juga zaitun itu menjadi penghias desert.

Di sana zaitun itu murah harganya dan sehat. Zaitun bisa untuk mengusir penyakit-penyakit macam kadar gula, jantung dan tekanan darah. Pokoknya di sana dari rumah makan warungan sampe kelas hotel selalu ada zaitun. Di negara kita, he he zaitun itu mahalnya luar biasa.

Salad yang sudah dicampur saat disajikan.

Salad yang buahnya belum dicampur.
Selain buah zaitun, salad juga selalu muncul di piring yang berbeda. Saladnya sama. Buahnya di potong  kecil-kecil.  Ada  timun, tomat, kentang rebus, bawang bombay, paprika dan berbagai kombinasi buah lainnya.  Lalu diberi  olive oil dan cuka. 

Cara menyuguhkannya juga bisa berbeda. Ada yang diletakkan dipiring dengan buahnya yang sudah dicampur. Tapi ada juga yang dikelompok-kelompokkan. Nanti baru dicampur sendiri  oleh tamunya sesuai selera. Rasanya seger banget.

Roti tawar yang sudah di potong-potong
Kalau belum dipotong-potong, rotinya berbentuk bundar seperti yang di bawa oleh bapak ini.

Roti bundar ini selalu muncul ber tiga bersamaan dengan salad dan buah zaitun. Rotinya tawar dan keras. Ada rumah makan yang menyajikannya dalam bentuk utuh bundar. Tapi ada juga yang sudah dipotong-potong.

Makannya  roti itu dicowelkan  dan di makan bersama dengan zaitun atau dengan salad. Bisa dengan soup atau makanan utama lainnya.  Apalagi kalau sudah kelaparan. Roti keras yang selalu muncul ini menjadi pilihan yang enak banget.  Yang saya lakukan ya di coel aja dengan salad. Lumayan bisa mengganjal perut yang keroncongan.

Tajin. Sepiring untuk 5 orang.
Tajin ini merupakan makanan khas orang-orang di  Marocco.  Masakannya di sajikan dalam piring bata merah dengan tutupnya  berbentuk segitiga.  Makanan itu di susun sedemikian rupa dan dimasak di piring bata tersebut.  Jadi kalau sudah masak ya tinggal diangkat dengan susunannya yang sudah ada.

Isinya  macam-macam. Karbohidrat (nasi atau kentang),  daging ( ayam, sapi atau domba), sayuran, wortel, timun, oyong, kacang  polong dan masih banyak lagi sesuai kreativitas restonya. Tentu semua sudah diberi bumbu khasnya.  Rempah-rempahnya terasa banget. Jadi deh makanan sehat. Apalagi tanpa vetsin. 

Khusus tajin, makanan ini baru keluar jika dipilih. Jadi tak otomatis keluar. Cuman kebanyak di sana tajin lagi. Tajin lagi. Lagian dari pada yang lain, memang tajin ini masih mendingan lah. Tapi kalau terus-terusan bosan juga.

Itulah makanan-makanan yang selalu saya temui di sana. Bersyukur makan paginya,  biasanya tempat kami menginap menyiapkan roti dan teman-temannya. Siang hari, masih bisa ketemu yang lain karena mungkin kami sedang diperjalanan. Jadi makan pizza, steak  gitu. Tapi kalau malam, kami sudah di hotel. Mau hotel di gurun atau pun di kota, nah itu pasti ada tajin. Lantaran tajin memang makanan khasnya.

Saya perhatikan, makanan khas Marocco itu agak kurang bervariasi. Jadi ya 12 hari di sana, kalau soal makanan bosan banget. Meski pun tajin ada banyak jenisnya, tapi rasanya ya gitu-gitu juga deh.


Couscous
Oh ya ada juga makanan khas mereka yang di sebut couscous. Makanan itu merupakan tradisi yang selalu dimasak hari Jumat oleh masyarakat di sana. Bahannya ada nasinya gitu, rasanya anyep. Untungnnya ada temannya, waktu itu ayam yang berbumbu. Jadi enak sih menurut saya. Tapi kalau tak ada lauknya ya pasti anyep dan males untuk menghabiskannya.

Bagaimana pun kulineran  memang menjadi bagian dari perjalanan. Mau cocok atau enggak dalam soal rasa, yang penting sudah merasakan.  Jadi nggak penasaran.

Ingin mencoba masakan Marocco? Sekarang di Jakarta dan dibeberapa kota lainya di Indonesia sudah ada resto masakan Marocco. Biasanya rasanya nggak Marocco banget. Sudah disesuaikan dengan lidah Indonesia. Lumayan, sebelum beredar di negeri Marocco, masakannya sudah dijelajahi duluan di sini. Silahkan mencari restonya di Mbah Goole ya ...! (ira).

Salah satu resto berupa tenda Suku Berber (salah satu suku yang ada di Marocco).

No comments:

Post a Comment

Terbayang-bayang Pulau Maratua

Terbayang - bayang Pulau Maratua

Sore hari di Pulau Maratua Dalam trip saya ke Kepulauam Derawan, maka saya singgah di beberapa pulaunya. Di antaranya  pulau Maratua,...

Main Ke Stone Garden