Jalan ke mana pun, rasanya nggak afdol kalau tak mencicipi
masakan di tempat yang kita datangi. Kali ini, inilah cerita kulineran saya
saat saya berada di Marocco. Sebuah
negara yang letaknya di Benua Afrika bagian Utara.
Selama 2 minggu di Marocco tentu makanan yang saya pilih
adalah makanan khas Marocco. Ada beberapa yang saya pilih seperti tajin, sate, martabak, soup dan beberapa
laonnya. Dari semuanya itu, ternyata ada
makanan yang selalu keluar terus bila seseorang makan di restoran. Ini ceritanya.
Semangkuk Buah Zaitun |
Zaitun disajikan bersama makanan pencuci mulut. |
Sebelum makan, kami pasti di suguhi buah zaitun di sebuah
piring atau mangkok kecil. Buah zaitunnya macam-macam loh. Ada yang berwarna
kuning, hijau, coklat, hitam. Keungunan dan ada juga yang merah. Zaitun ini makanan yang sehat. Rasanya
asem-asem gitu. Trus pernah juga zaitun
itu menjadi penghias desert.
Di sana zaitun itu murah harganya dan sehat. Zaitun bisa
untuk mengusir penyakit-penyakit macam kadar gula, jantung dan tekanan darah.
Pokoknya di sana dari rumah makan warungan sampe kelas hotel selalu ada zaitun.
Di negara kita, he he zaitun itu mahalnya luar biasa.
Salad yang sudah dicampur saat disajikan. |
Salad yang buahnya belum dicampur. |
Selain buah zaitun, salad juga selalu muncul di piring yang
berbeda. Saladnya sama. Buahnya di potong
kecil-kecil. Ada timun, tomat, kentang rebus, bawang bombay,
paprika dan berbagai kombinasi buah lainnya. Lalu diberi
olive oil dan cuka.
Cara menyuguhkannya juga bisa berbeda. Ada yang diletakkan
dipiring dengan buahnya yang sudah dicampur. Tapi ada juga yang
dikelompok-kelompokkan. Nanti baru dicampur sendiri oleh tamunya sesuai selera. Rasanya seger
banget.
Roti tawar yang sudah di potong-potong |
Kalau belum dipotong-potong, rotinya berbentuk bundar seperti yang di bawa oleh bapak ini. |
Roti bundar ini selalu muncul ber tiga bersamaan dengan salad dan buah zaitun. Rotinya tawar dan keras. Ada rumah makan yang menyajikannya dalam bentuk utuh bundar. Tapi ada juga yang sudah dipotong-potong.
Makannya roti itu
dicowelkan dan di makan bersama dengan
zaitun atau dengan salad. Bisa dengan soup atau makanan utama lainnya. Apalagi kalau sudah kelaparan. Roti keras yang
selalu muncul ini menjadi pilihan yang enak banget. Yang saya lakukan ya di coel aja dengan
salad. Lumayan bisa mengganjal perut yang keroncongan.
Tajin. Sepiring untuk 5 orang. |
Tajin ini merupakan makanan khas orang-orang di Marocco. Masakannya di sajikan dalam piring bata merah
dengan tutupnya berbentuk segitiga. Makanan itu di susun sedemikian rupa dan dimasak
di piring bata tersebut. Jadi kalau
sudah masak ya tinggal diangkat dengan susunannya yang sudah ada.
Isinya macam-macam. Karbohidrat
(nasi atau kentang), daging ( ayam, sapi
atau domba), sayuran, wortel, timun, oyong, kacang polong dan masih banyak lagi sesuai
kreativitas restonya. Tentu semua sudah diberi bumbu khasnya. Rempah-rempahnya terasa banget. Jadi deh
makanan sehat. Apalagi tanpa vetsin.
Khusus tajin, makanan ini baru keluar jika dipilih. Jadi tak
otomatis keluar. Cuman kebanyak di sana tajin lagi. Tajin lagi. Lagian dari
pada yang lain, memang tajin ini masih mendingan lah. Tapi kalau terus-terusan bosan
juga.
Itulah makanan-makanan yang selalu saya temui di sana.
Bersyukur makan paginya, biasanya tempat
kami menginap menyiapkan roti dan teman-temannya. Siang hari, masih bisa ketemu
yang lain karena mungkin kami sedang diperjalanan. Jadi makan pizza, steak gitu. Tapi kalau malam, kami sudah di hotel.
Mau hotel di gurun atau pun di kota, nah itu pasti ada tajin. Lantaran tajin
memang makanan khasnya.
Saya perhatikan, makanan khas Marocco itu agak kurang
bervariasi. Jadi ya 12 hari di sana, kalau soal makanan bosan banget. Meski pun
tajin ada banyak jenisnya, tapi rasanya ya gitu-gitu juga deh.
Couscous |
Oh ya ada juga makanan khas mereka yang di sebut couscous.
Makanan itu merupakan tradisi yang selalu dimasak hari Jumat oleh masyarakat di
sana. Bahannya ada nasinya gitu, rasanya anyep. Untungnnya ada temannya, waktu
itu ayam yang berbumbu. Jadi enak sih menurut saya. Tapi kalau tak ada lauknya
ya pasti anyep dan males untuk menghabiskannya.
Bagaimana pun kulineran memang menjadi bagian dari perjalanan. Mau
cocok atau enggak dalam soal rasa, yang penting sudah merasakan. Jadi nggak penasaran.
Ingin mencoba masakan Marocco? Sekarang di Jakarta dan
dibeberapa kota lainya di Indonesia sudah ada resto masakan Marocco. Biasanya
rasanya nggak Marocco banget. Sudah disesuaikan dengan lidah Indonesia.
Lumayan, sebelum beredar di negeri Marocco, masakannya sudah dijelajahi duluan
di sini. Silahkan mencari restonya di Mbah Goole ya ...! (ira).
No comments:
Post a Comment