Salah satu kota di Maroko |
Negara Maroko itu
letaknya di bagian utara Benua Afrika. Negara ini memiliki garis pantai yang sangat panjang di
Samudra Atlantik. Di bagian utaranya,
adalah Selat Gibraltar yang
memisahkannya dengan Benua Eropa. Ibu kota
negara ini berkedudukan di Rabat. Kota
terbesarnya Cassablanca. Sedangkan kota-kota besar lainnya diantaranya adalah
Marrakesh, Tangier, Fes, Agadir, Meknes, Oujda dan beberapa lainnya.
Untuk datang ke Maroko, awalnya terbang dari Jakarta menuju
Kuala Lumpur. Ganti pesawat menuju Dubai dan berlanjut terbang ke Bandara Udara Internasional Mohammad V
yang merupakan bandara internasional
Cassablanca di Maroko. Di Cassablanka inilah saya dan kawan-kawan menginap
semalam. Esoknya baru menjelajah ke beberapa tempat di Maroko.
Salah satu kota yang pernah saya singgahi adalah
Marrakesh. Perjalanan dari Cassablanca
ke Marrakesh ini cukup jauh, dari pagi
sampai siang. Ada sih melewati kota yang rumah-rumahnya setipe. Kotak-kotak berwarna coklat dengan tumbuhan kurma di
halamannya.
Kalau melihat geografinya, Marrakesh ini terletak di tengah-tengah negara itu. Artinya ia berada di lereng bukit Pegunungan
Atlas dan juga tak jauh dari kawasan Gurun Sahara. Jadi dari Cassablanca yang terletak di tepi pantai itu menuju Marrakesh, seru banget.
Perjalanannya ada jalan biasa yang membelah perbukitan dengan tikungan-tikungan dan naik turunnya dan
terkadang perbukitannya masih ada salju-saljunya. Tapi begitu di jalan yang
datar, jalannya lebar dan luas, wah ...
dikiri dan kanannya gurun pasir. Kalau di Indonesia, semua itu pesawahan.
Tiba di Marrakesh saya
dan teman-teman menginap di Riad Marrana yang terletak di kawasan Medina Djemaa
el-Fna. Gimana nggak happy. Soalnya Djeema el Fna ini merupakan ikonnya
Marrakesh. Tempat belanja yang segala macam ada. Selain itu, di pasar
tradisional yang satu ini, atmosfir
afrikanya terasa sekali. Kawasan ini di kepung dengan rumah-rumah penduduk yang juga banyak penginapan berupa rumah-rumah khas Marocco, disebut riad.
Jadi rumah-rumah penduduk juga penginapan-penginapanya ini
berada di lorong-lorong. Tapi begitu kita masuk ke hotelnya, suasananya Marocco banget. Bersih. Lobby
hotelnya tidak terlalu besar dengan sebuah ruang terbuka yang biasanya di isi
dengan meja makan atau kursi-kursi. Lantai-lantainya, temboknya, bantalan
kursi-kursinya, corak dinding dan pintu-pintu semua style nya afrika. Situasi ini membuat para tamu yang
baru dateng itu, belum apa-apa udah foto sana sini.
Saya seneng banget berada di situ. Soalnya, kami tidak
berada di kawasan modernnya Marrakesh. Keluar hotel, jalan kaki saja sudah berada dikeramaian Djeema El Fna. Mau belanja apa aja di sini ada. Setiap lorong, setiap kawasan
punya jualannya masing-masing. Ada tempat belanja kaum perempuan. Dari ikat
rambut, gelang sampai pakaian. Sepatu dan tas. Make up. Barang-barang
anak-anak. Balita, ABG. Asesoris pria. Ada penjual rempah-rempah. Jejamuan wanita dan
pria. Hiasan-hiasan rumah yang antik-antik. Dari perak, tambang, tenun dan
masih banyak lainnya.
Soal harga? Apa pun yang mereka jual harganya selangit.
Apalagi buat turis. Jadi kalau naksir barang, ya kudu pinter nawar. Kudu berani
nawar. Kalau nggak berani nawar, segalanya jadi mahal sekaleee. Sebagai
gambaran, sebuah kalung yang saya taksir harganya 50 dirham. Tawar menawar,
saya dapet 20 dirham. Kereeen kan? Maksudnya keren nawarnya.
Suasana di pasar ini riuh banget. Selain ramai lantaran banyak kedai dan bermacam-macam lapak orang berjualan, tapi suara orang berteriak
menjajakan dagangannya juga banyak di sini. Ada musik dengan pengeras suara. Ada musik lain tanpa
pengeras suara. Ada penyanyi lokal yang ngamen. Belum lagi suara seruling atau
terompet khas sana. Tapi entah mengapa orang, khususnya wisatawan betah banget di sana. Deretan
makanan dan minumannya pun amat menggugah selera. Bikin laper.
Suasana ramainya medina Djeema El Fna |
Ada seorang pria bersorban
dengan bajunya yang khas sana menawarkan minumnya dengan demonstrasi minuman
tehnya. Trus lagi asyik melihat orang itu demo, eh, lewatlah seorang aki-aki
Suku Berber (salah satu suku terbesar di Maroko). Pakaiannya unik. Termasuk
tutup kepalanya. Nah, siapa yang tak tertarik melihat dandanannya. Banyak
wisatawan ingin berfoto dengannya. Aki Berber itu juga ramah sekali. Begitu kelar
foto-foto ia nagih duit. Nggak kira-kira. Tawar menawar. Begitu deal, bubar
jalan deh.
Atraksi kesenian rakyatnya banyak sekali. Menarik semua. Mereka dengan percaya dirinya menggelar atraksinya. Orang-orang yang tertarik biasanya mengelilinginya. Ada penari-penari wanita. Ada penyanyi dengan alat-alat musiknya. Banyak sekali. Bingung. Semua menarik.
Ada juga lho seorang peniup suling yang disebelahnya
memegang ular yang menari-nari. Ah saya agak serem juga melihat ularnya yang
dimasuk-masukkan mulutnya. Tapi senang juga melihat ularnya mengikuti irama
lagu yang ada. Sebegitu banyak suara, tapi ular tersebut tetap mengikuti suara pengiringnya.
Dia nggak bingung dengan lagu-lagu dan suara musik lain yang beradu kerasnya
suara.
Ada juga beberapa pria dengan alat musiknya. Ini nonton Gnawa, grup musik dengan lagu dan tetabuhan khas Maroko.. Ada penyanyinya. Ada penabuh gendang dan alat musik tradisional lainnya. Penyanyinya menari-nari. Jjingkrak sana sini mendekat ke penonton. Pas dekat saya, saya pun beraksi untuk dipotret. Setelah selesai, tinggal memberi tip serelanya.
Grup musik Gnawa |
Tanpa terasa sudah menjelang magrib. Puas foto-foto. Puas
jalan-jalannya. Tapi belum puas belanjanya. Soalnya saya ke sini dengan grup yang hobinya
potret memotret. Sore itu kami tak langsung pulang. Kami memang sengaja mau
makan malam di pasar itu. Agak belakang, terdapat deretan resto yang menghadap
ke keramaian Djeema el Fna. Kami memilih restaurant di tingkat dua. Masih sore
dari atas nampak kumpulan rumah kotak-kotak coklat di perkampungan itu yang
masing-masing di atasnya sudah berparabola semua. Lampu-lampu mulai menyala.
Tenda-tenda bertebaran di sana sini.
Rupanya
pemandangan dari situ, luar biasa indahnya. Waaah, Djeema el Fna di malam hari
beda banget. Saat matahari tenggelam, rona warna langit dengan guratan warna orange,
emas dan biru. Semakin cantik saat deretan
lampu-lampu pasar menyala semua. Sedangkan agak ke kiri nampak di kejauhan
menara Mesjid Koutubia, mesjid terbesar di Maroko.
Cantiknya Djeema El Fna di malam hari |
Waduh, gak salah deh kalo para turis nangkring semua di
deretan resto yang menghadap ke pasar malam. Makin malam makin rame. Dan memang pasar ini
non stop 24 jam. Rame terus sepanjang hari. Beneran ini pemandangan yang keren
banget. Padahal dari atas pasar itu rame sekali. Di sana sini terdengar musik yang berbeda.
Pastinya sajian
suasana malam khas Djeema El Fna ini khas banget. Bising, tapi para tamu betah di situ. Mungkin juga suasana
ini tak biasa. Bukan suasana yang para tamu temui dalam kehidupannya
sehari-hari di negaranya. Tanpa disadari ternyata suasana yang berbeda itu memang dibutuhkan
dalam hidup. Orang tak butuh suasana yang tenang saja. Tapi
butuh juga keramaian. Butuh yang lain. Butuh yang beda. Itulah harmoni dalam
kehidupan agar hidup tak monoton, agar tak membosankan. Agar bervariasi yang membuat hidup lebih bergairah dan bersemangat.
Sesuatu yang berbeda itu ternyata memberikan kesan. Dan
suasana di pasar malam ini berkesan sekali. Sambil duduk menikmati suasananya, trus
makan malam. Ngupi-ngupi. Suatu saat saya akan kembali lagi ke sini, duduk di
sini lagi. Tentu bersama anak-anak dan suami. Atau mungkin hanya sama si ‘doi’. Semoga mimpiku menjadi kenyataan. Amin YRA. *** Ira.
.
No comments:
Post a Comment