Thursday, October 25, 2018

Semalam di Marrakesh




Salah satu kota di Maroko

Negara Maroko itu letaknya di bagian utara Benua Afrika. Negara ini  memiliki garis pantai yang sangat panjang di Samudra Atlantik.  Di bagian utaranya, adalah Selat Gibraltar  yang memisahkannya dengan Benua Eropa.  Ibu kota negara ini berkedudukan di Rabat.  Kota terbesarnya Cassablanca. Sedangkan kota-kota besar lainnya diantaranya adalah Marrakesh, Tangier, Fes, Agadir, Meknes, Oujda dan beberapa lainnya.




Untuk datang ke Maroko, awalnya terbang dari Jakarta menuju Kuala Lumpur. Ganti pesawat menuju Dubai dan berlanjut terbang ke  Bandara Udara Internasional Mohammad V yang  merupakan bandara internasional Cassablanca di Maroko. Di Cassablanka inilah saya dan kawan-kawan menginap semalam. Esoknya baru menjelajah ke beberapa tempat di Maroko.

Salah satu kota yang pernah saya singgahi adalah Marrakesh.  Perjalanan dari Cassablanca ke Marrakesh ini cukup jauh, dari  pagi sampai siang. Ada sih melewati kota yang rumah-rumahnya setipe. Kotak-kotak  berwarna coklat dengan tumbuhan kurma di halamannya.

 Kalau melihat geografinya, Marrakesh ini  terletak di tengah-tengah negara itu.  Artinya ia berada di lereng bukit Pegunungan Atlas dan  juga  tak  jauh dari kawasan Gurun Sahara.  Jadi dari Cassablanca yang terletak di tepi  pantai itu menuju Marrakesh, seru banget. Perjalanannya ada jalan biasa yang membelah perbukitan  dengan tikungan-tikungan dan naik turunnya dan terkadang perbukitannya masih ada salju-saljunya. Tapi begitu di jalan yang datar, jalannya lebar dan luas,   wah ... dikiri dan kanannya gurun pasir. Kalau di Indonesia, semua itu pesawahan.
           
Tiba di Marrakesh saya dan teman-teman menginap di Riad Marrana yang terletak di kawasan Medina Djemaa el-Fna. Gimana nggak happy. Soalnya Djeema el Fna ini merupakan ikonnya Marrakesh. Tempat belanja yang segala macam ada. Selain itu, di pasar tradisional yang satu ini,  atmosfir afrikanya terasa sekali. Kawasan ini di kepung dengan rumah-rumah penduduk  yang juga banyak penginapan berupa  rumah-rumah khas Marocco,  disebut riad.

 Jadi rumah-rumah penduduk juga penginapan-penginapanya ini berada di lorong-lorong. Tapi begitu kita masuk ke hotelnya,  suasananya Marocco banget. Bersih. Lobby hotelnya tidak terlalu besar dengan sebuah ruang terbuka yang biasanya di isi dengan meja makan atau kursi-kursi. Lantai-lantainya, temboknya, bantalan kursi-kursinya, corak dinding dan pintu-pintu semua style nya  afrika. Situasi ini membuat para tamu yang baru dateng itu, belum apa-apa udah foto sana sini.

            
Perangkat sarapan paginya juga sudah dengan porselein bergaya africa.

Saya seneng banget berada di situ. Soalnya, kami tidak berada di kawasan modernnya Marrakesh. Keluar hotel, jalan kaki saja sudah berada dikeramaian Djeema El Fna. Mau belanja apa aja di sini ada. Setiap lorong, setiap kawasan punya jualannya masing-masing. Ada tempat belanja kaum perempuan. Dari ikat rambut, gelang sampai pakaian. Sepatu dan tas. Make up. Barang-barang anak-anak. Balita, ABG. Asesoris pria.  Ada penjual rempah-rempah. Jejamuan wanita dan pria. Hiasan-hiasan rumah yang antik-antik. Dari perak, tambang, tenun dan masih banyak lainnya.

Soal harga? Apa pun yang mereka jual harganya selangit. Apalagi buat turis. Jadi kalau naksir barang, ya kudu pinter nawar. Kudu berani nawar. Kalau nggak berani nawar, segalanya jadi mahal sekaleee. Sebagai gambaran, sebuah kalung yang saya taksir harganya 50 dirham. Tawar menawar, saya dapet 20 dirham. Kereeen kan? Maksudnya keren nawarnya.

 Suasana di pasar ini riuh banget.  Selain ramai lantaran banyak kedai dan bermacam-macam lapak orang berjualan, tapi suara orang berteriak menjajakan dagangannya juga banyak di sini. Ada musik dengan pengeras suara. Ada musik lain tanpa pengeras suara. Ada penyanyi lokal yang ngamen. Belum lagi suara seruling atau terompet khas sana. Tapi entah mengapa orang, khususnya wisatawan betah banget di sana. Deretan makanan dan minumannya pun amat menggugah selera. Bikin laper.

          
Suasana ramainya medina Djeema El Fna
Ada seorang pria bersorban dengan bajunya yang khas sana menawarkan minumnya dengan demonstrasi minuman tehnya. Trus lagi asyik melihat orang itu demo, eh, lewatlah seorang aki-aki Suku Berber (salah satu suku terbesar di Maroko). Pakaiannya unik. Termasuk tutup kepalanya. Nah, siapa yang tak tertarik melihat dandanannya. Banyak wisatawan ingin berfoto dengannya. Aki Berber itu juga ramah sekali. Begitu kelar foto-foto ia nagih duit. Nggak kira-kira. Tawar menawar. Begitu deal, bubar jalan deh.

Atraksi kesenian rakyatnya banyak sekali. Menarik semua. Mereka dengan percaya dirinya menggelar atraksinya. Orang-orang yang tertarik biasanya mengelilinginya. Ada penari-penari wanita. Ada penyanyi dengan alat-alat musiknya. Banyak sekali. Bingung. Semua menarik. 

Ada juga lho seorang peniup suling yang disebelahnya memegang ular yang menari-nari. Ah saya agak serem juga melihat ularnya yang dimasuk-masukkan mulutnya. Tapi senang juga melihat ularnya mengikuti irama lagu yang ada. Sebegitu banyak suara, tapi ular tersebut tetap mengikuti suara pengiringnya. Dia nggak bingung dengan lagu-lagu dan suara musik lain yang beradu kerasnya suara.
           
Ada juga beberapa pria dengan alat musiknya. Ini nonton Gnawa, grup musik dengan lagu dan tetabuhan khas Maroko.. Ada penyanyinya. Ada penabuh gendang dan alat musik tradisional lainnya. Penyanyinya menari-nari. Jjingkrak sana sini mendekat ke penonton. Pas dekat saya, saya pun beraksi untuk dipotret. Setelah selesai, tinggal memberi tip  serelanya.


Grup musik Gnawa

Tanpa terasa sudah menjelang magrib. Puas foto-foto. Puas jalan-jalannya. Tapi belum puas belanjanya.  Soalnya saya ke sini dengan grup yang hobinya potret memotret. Sore itu kami tak langsung pulang. Kami memang sengaja mau makan malam di pasar itu. Agak belakang, terdapat deretan resto yang menghadap ke keramaian Djeema el Fna. Kami memilih restaurant di tingkat dua. Masih sore dari atas nampak kumpulan rumah kotak-kotak coklat di perkampungan itu yang masing-masing di atasnya sudah berparabola semua. Lampu-lampu mulai menyala. Tenda-tenda bertebaran di sana sini.

Rupanya pemandangan dari situ, luar biasa indahnya. Waaah, Djeema el Fna di malam hari beda banget. Saat matahari tenggelam, rona warna langit dengan guratan warna orange, emas dan biru. Semakin cantik saat deretan lampu-lampu pasar menyala semua. Sedangkan agak ke kiri nampak di kejauhan menara Mesjid Koutubia, mesjid terbesar di Maroko.


Cantiknya Djeema El Fna di malam hari
Waduh, gak salah deh kalo para turis nangkring semua di deretan resto yang menghadap ke pasar malam.  Makin malam makin rame. Dan memang pasar ini non stop 24 jam. Rame terus sepanjang hari. Beneran ini pemandangan yang keren banget. Padahal dari atas pasar itu rame sekali.  Di sana sini terdengar musik yang berbeda.

Pastinya  sajian suasana malam khas Djeema El Fna ini khas banget. Bising, tapi  para tamu betah di situ. Mungkin juga suasana ini tak biasa. Bukan suasana yang para tamu temui dalam kehidupannya sehari-hari di negaranya. Tanpa disadari ternyata suasana yang berbeda itu memang dibutuhkan dalam hidup. Orang tak butuh suasana yang tenang saja. Tapi butuh juga keramaian. Butuh yang lain. Butuh yang beda. Itulah harmoni dalam kehidupan agar hidup tak monoton, agar tak membosankan. Agar bervariasi yang membuat hidup lebih bergairah dan bersemangat. 
         
Sesuatu yang berbeda itu ternyata memberikan kesan. Dan suasana di pasar malam ini berkesan sekali. Sambil duduk menikmati suasananya, trus makan malam. Ngupi-ngupi. Suatu saat saya akan kembali lagi ke sini, duduk di sini lagi. Tentu bersama anak-anak dan suami. Atau mungkin hanya sama si ‘doi’.  Semoga mimpiku menjadi kenyataan. Amin YRA. *** Ira.
           
.
           
           
               

No comments:

Post a Comment

Terbayang-bayang Pulau Maratua

Terbayang - bayang Pulau Maratua

Sore hari di Pulau Maratua Dalam trip saya ke Kepulauam Derawan, maka saya singgah di beberapa pulaunya. Di antaranya  pulau Maratua,...

Main Ke Stone Garden