Setiap kali melihat gambar di atas, saya langsung tau kalau gambar tersebut Taman Nasional Baluran (TNB). Gambar-gambar TNB itu saya kenal lewat majalah, televisi atau pun media sosial. Sambil dalam hati bertanya, kapan gitu saya bisa mengunjungi taman yang terkenal dengan sebutan Afrika van Java itu. Taman seluas 25.000 hektar ini berada di 3 wilayah, yaitu Wongsorejo, Banyuwangi dan Banyuputih, di Situbondo – Jawa Timur.
Ternyata kesempatan itu datang. Ketika berwisata ke
Banyuwangi, saya pastinya menyempatkan untuk ke TNB atau lebih terkenal dengan
sebutan Baluran. Seneng banget begitu bus wisata yang saya tumpangi memasuki
gapura yang bertuliskan Taman Nasional Banyuwangi. Setelah berhenti sebentar di
tempat untuk pembelian karcis, kendaraan mulai melaju.
Pengunjung bergaya dengan pohon bekol dan hiasan tulang kepala binatang |
Memasuki kawasan ini begitu mudah. Tak ada tanjakan atau
turunan. Tak ada juga kelokan-kelokan. Jalanan datar dan lurus. Tau-tau kami
sudah melewati jalan lurus yang dikiri kanannya pepohonan layaknya menembus
hutan. Begitu asyik memperhatikan pohon-pohon rindang berikutnya bus sudah
berada di antara savana yang begitu luas. Di kiri dan kanan jalan. Sesekali ada
pohon yang tumbuh sendirian. Itu yang namanya pohon bekol. Makanya savana yang
luasnya 10.000 hektar ini lebih sering di sebut Savana Bekol.
Kendaraan berhenti di savana yang di salah satu sisinya
terdapat gantungan tulang kepala binatang-binatang yang sudah mati di taman
ini. Dari sini nampak Gunung Baluran
berdiri gagah. Gunung dengan ketinggian 1.247 meter di atas permukaan laut ini
memang berada di kawasan ini. Itu sebabnya nama taman ini diambil dari nama
gunung tersebut.
Banyak monyet yang sering menjarah barang pengunjung |
Berada di kawasan ini menyenangkan. Soalnya begitu banyak
tempat cantik yang bisa diambil. Mau foto dengan kumpulan tengkorak-tengkorak
binatang bisa. Bahkan nampak unik sekali. Mau di savana yang luas dengan
ujungnya Gunung Baluran juga bisa. Mau di savananya saja yang kelihatan luas
juga keren. Atau di bawah pohon bekol dengan monyet-monyetnya keliatan dikit
juga bisa.
Apalagi kalau pas di musim kemarau, savananya berwarna kuning.
Gegara savana yang terhampar kuning kering ini, muncul sebutan lain buat taman
yang satu ini. Pasti sudah sering dengar sebutan ‘Afrika van Java’. Memang kalau pengunjung datang di bulan Mei
s/d Oktober, maka pemandangan yang nampak semuanya kuning karena semua tumbuhan
kering. Sehingga warnanya kuning. Kalau datangnya di bulan November s/d April,
itu , musim hujan. Jadi semua yang tampak warnanya hijau dan dipercantik dengan
bunga-bunga liar yang bermekaran.
Ketemu gerombolan binatang |
Selesai di kawasan ini, hayok naik mobil lagi. Ngikutin
perjalanan yang lurus. Mengikuti jalanan ini dan nanti ketemu dengan pepohonan
rimbun lagi, kalau datangnya sore hari pengunjung bakal ketemu dengan macam-macam
binatang. Rupanya datang di siang hari, saya hanya ketemu monyet-monyet dan
beberapa rusa. Tapi pas datang sore hari, terus terang lebih seru.
Jalannya mobil tak perlu kencang. Ternyata benar, kami jumpa
dengan gerumbulan rusa-rusa, banteng-banteng. Kelompok binatang-binatang ini
terkadang berpindah lokasi, mereka menyeberang jalan. Bus berhenti. Dan ini
kesempatan buat pengunjung memotret kumpulan hewan yang ada di hutan ini.
Yang menarik, saat jumpa dengan burung merak. Nampaknya
mereka tau sedang diperhatikan tamu-tamu dari bus. Dan diantara mereka lalu
banyak yang pamer bulunya dengan mengembangkan sayap-sayapnya. Waaah ....
cantik sekali.
Memang saya dan teman-teman hanya ketemu dengan
binatang-binatang itu. Itu pun udah bikin lega. Bikin senang. Padahal selain
rusa, kijang, monyet, kerbau dan burung merak, sebenernya ada beberapa jenis
binatang lainnya seperti ayam hutan hijau, trenggiling, anjing hutan juga macan
tutul. Wah kalau yang macan nggak kepengen deh.
Pintu gerbang memasuki hutan manggrove di Pantai Bana |
Tak berapa lama, kendaraan berhenti di Pantai Bama. Di lokasi
ini, pengunjung bisa main di pantai. Tapi bisa juga masuk ke lokasi hutan
mangroove nya. Pantai Bama itu tenang
banget dan air lautnya jernih sekali. Pasirnya berwarna putih. Buat yang ingin
bermain-main pasir dan air di sini asyik sekali.
Tapi buat yang hanya ingin duduk-duduk untuk menjernihkan mata, hati, pikiran, inilah tempatnya yang pas. Soalnya lokasi ini teduh banyak pepohonan di
sepanjang pantai. Di sini boleh nyantai dan menenangkan diri, tapi harus tetap
waspada. Soalnya setiap saat selalu ada monyet-monyet ekor panjang yang
mengintai. Lengah dikit saja, waduh .... barang-barang bisa digondol
monyet-monyet. Jaga HP, kacamata atau tas dan barang lainnya. Barang yang
dibawa pengunjung selalu menjadi inceran
monyet-monyet itu.
Berada di sini, harus menyempatkan untuk main ke hutan
manggrovenya. Hutannya lumayan luas dan benar-benar rimbun, jadi berada di sini
teduh sekali. Ada jalan aspalnya dan pengunjung akan dengan mudah berjalan di
sini. Menghirup udara yang bersih dan bisa memanjakan mata dengan rimbunan
dedaunan yang berwarna hijau. Suasananya semakin unik lantaran batang-batang
dan akar pohon yang berwarna coklat kehitaman itu mengitarinya.
Pantai Bama |
Begitulah, mengikuti jalan yang ada, ternyata pengunjung akan
sampai di laut juga. Ini beneran tak disangka-sangka. Berada di sini, mau siang
mau sore tak ngaruh lantaran ada pendopo yang bikin pengunjung bisa berteduh. Menikmati
alunan air laut yang tenang.
Berada di Pantai Bama ini memang tergantung bagaimana selera
pengunjung. Ada yang senang berlama-lama di hutan manggrove. Tapi ada juga yang
suka di tepi pantai. Kehausan ataupun lapar, tinggal mampir di warung yang bisa
mengenyangkan perut para tamu.
Buat saya Pantai Bama ini memberikan kesan tersendiri. Sudah
2 kali saya main ke pantai ini. Bila ada kesempatan berikutnya, saya pasti
berangkat lagi. Semoga kesempatan ini
masih ada. (ira)***
No comments:
Post a Comment