Pelahubuhan Rum Tidore |
Pernah memperhatikan 2 gunung di lembar seribu rupiahan ? Satu pulau Tidore dan satu pulau Maitara. Bisa tergambar disitu, pastinya Pulau Tidore itu bagus ! Indah ! Penuh pesona. Penasaran dengan gambar itu, September lalu saya sempatkan jalan ke Tidore.
Pulau Tidore terletak di
sebelah tenggara atau selatan Pulau Ternate. Luasnya 9.564,7 km2
. Untuk datang ke Tidore ini, memang harus menyeberang laut.
Bisa naik feri lamanya 30 menit atau naik motor boat. 10 menit.
Berangkat dari Pelabuhan Bastiong di Ternate.
Sampai di pelabuhan Pulau
Tidore, suasananya sama dengan pelabuhan-pelabuhan lainnya. Melihat
tampang-tampang pendatang banyak orang yang menawarkan jasa
pengantaran. Untung deh waktu itu ada Pak Din yang menemani saya dan
Bu Atik. Jadi mas-mas penawar jasa angkutan nggak terlalu maksa.
Monumen Pengibaran Bendera Merah Putih Pertama di Tidore Tanggal 18 Agustus 1946 |
Ada beberapa tawaran
transportasi mulai dari becak, becak motor, oplet, mikrolet juga
ojek. Mereka kan nggak tahu saya mau kemana. Jadi semua nawarin. Yang penting kan ketangkep dulu.
Pilihan saya waktu
itu adalah sewa kendaraan. Duh, mobilnya tuh apa ya saya lupa ?
Nyaman, mulus ber AC. Harganya Rp 350.000,- sudah termasuk bensin
dan supir. Hm, nama kendaraannya Rush. Pengemudinya seorang anak muda Sandi namanya merangkap guide juga. Pokoknya keliling pulau sak puasnya. Mau brenti dimana
saja bisa. Sampai jam berapa saja silahkan.
Ada beberapa mesjid kecil, bagus dan bersih di jalan lingkar Pulau Tidore |
Jalan sepanjang pulau itu
bersih banget. Jalan aspalnya bagus. Sepi. Pemandangan di kanan
bagus. Laut yang mengelilingi pulau. Itu laut Tidore. Trus yang saya
suka di pulau Tidore ini, bersihnya itu lho. Rumah-rumah juga
menggunakan pager yang warna dan bentuknya sama. Apalagi pas lewat
kota Soasio, wadow bersihnya. Jujur saya suka dengan kota ini.
Terus terang saya sengaja
datang ke Pulau Tidore, soalnya pulau ini kan memang sudah beken dari
dulu. Dari jaman penjajahan, jaman Portugis dan Spanyol masuk ke sini
lantaran untuk perdagangan rempah-rempahnya. Jadi ya ingin melihat
peninggalan-peninggalannya. Atau juga melihat kebun pala dan cengkehnya misalnya. Karena dua tanaman palawija inilah yang bikin bule-bule berlomba masuk ke Indonesia melalui Maluku Utara.
Bersama Bu Atik di Benteng Tahula |
Pak Din Andong yang menemani kami dengan latar belakang Kedaton Sultan Tidore |
Dalam perjalanan itu saya
sempat naik ke Benteng Tohula. Lumayan agak diketinggian. Saya membayangkan benteng ini benteng
yang megah. Misalnya seperti Benteng Kalamata di Ternate. Atau paling
enggak ada sisa meriam-meriamnya dan benda-benda lainnya. Ada museum kecilnya.
Ternyata di
sana nggak ada apa-apa. Jangan kan meriam atau museum. Penunggu benteng juga tak
ada. Sediiiih deh melihat peninggalan bersejarah kok di sia-siakan.
Beruntung dari atas pemandangan Kota Soasio itu indah. Jadi ada
obatnya deh jauh-jauh naik ke atas. Ternyata saya terkecoh. Tangga
menuju ke atas sih oke, berwarna warni terawat. Tapi justru
bentengnya merana.
Pantai Akesahu di sini wisatawan bisa menikmati air panas |
Selepas dari benteng, saya meneruskan perjalanan. Saya sempat mampir di
Kedaton tempat kediaman Sultan Tidore, trus ke pantai Akesahu yang ditepinya ada air panasnya, ke
kampung pandai besi melihat pengrajin besi di Desa Toloa, juga mampir ke pantai Tugulufa yang di depannya ada Pulau Halmahera juga ke pasar Sarimalaha.
Kalau soal kuliner, wah,
begitu datang saja saya sudah langsung beli nasi jaha, itu nasi bambu
yang dipotong-potong. Beli untuk diperjalanan. Soalnya si penjualnya
ada di depan mata banget, di muka pasar. Lumayan untuk di perjalanan. Sepotong nasi jaha hanya Rp 2000,-.
Seorang Penjual nasi jaha |
Siang harinya sempat makan
di rumah makan Ratu Sayang. Makan ikan trus saya tambahi pisang rebus
bumbu santen. Masakan ibu Khotijah ini, walaaah mantaf sekali.
Selesai jalan-jalan,
langsung saya kembali ke Pulau Ternate. Kali ini saya charter sebuah
boat hanya dengan Rp 50 ribu rupiah. Lumayan bisa cepat nggak perlu
tunggu-tungguan mencari penumpang lain.
Ini memang hanya cerita sepintas saat keliling melalui jalan darat lingkar Pulau Tidore. Tapi suatu saat saya pasti cerita banyak lagi soal pulau yang indah ini. Tidore, luv U.
keren.. :)
ReplyDeleteTrima kasih ya Mas Imran. Trima kasih juga sudah mempir.
ReplyDeleteTerima kasih mba ira, sudah mengisahkan kota ku kepada teman-teman mba. dari timur jauh ku doakan semoga sehat dan dimudahkan dalam setiap urusan, semoga dipanjangkan usia dan kita pertemukan ketika mba kembali mengunjungi kampung ku. salam
ReplyDeleteMas Moehdar Jhoe,
ReplyDeletesama-sama. Trima kasih juga doanya. Saya senang sekali di sana. Pulau yang berpemandangan indah, bersih dan teratur sekali pemukimannya. Saya ingin kembali lagi ke sana di suatu saat.