Sunday, January 22, 2012

Suatu Hari di Tidore


Pelahubuhan Rum Tidore

Pernah memperhatikan 2 gunung di lembar seribu rupiahan ? Satu pulau Tidore dan satu pulau Maitara. Bisa tergambar disitu, pastinya Pulau Tidore itu bagus ! Indah ! Penuh pesona. Penasaran dengan gambar itu, September lalu saya sempatkan jalan ke Tidore. 


Pulau Tidore terletak di sebelah tenggara atau selatan Pulau Ternate. Luasnya 9.564,7 km2 . Untuk datang ke Tidore ini, memang harus menyeberang laut. Bisa naik feri lamanya 30 menit atau naik motor boat. 10 menit. Berangkat dari Pelabuhan Bastiong di Ternate.

Sampai di pelabuhan Pulau Tidore, suasananya sama dengan pelabuhan-pelabuhan lainnya. Melihat tampang-tampang pendatang banyak orang yang menawarkan jasa pengantaran. Untung deh waktu itu ada Pak Din yang menemani saya dan Bu Atik. Jadi mas-mas penawar jasa angkutan nggak terlalu maksa.

Monumen Pengibaran Bendera Merah Putih  Pertama di Tidore
Tanggal 18 Agustus 1946
Ada beberapa tawaran transportasi mulai dari becak, becak motor, oplet, mikrolet juga ojek. Mereka kan nggak tahu saya mau kemana. Jadi semua nawarin. Yang penting kan ketangkep dulu. 

Pilihan saya waktu itu adalah sewa kendaraan. Duh, mobilnya tuh apa ya saya lupa ? Nyaman, mulus ber AC. Harganya Rp 350.000,- sudah termasuk bensin dan supir. Hm, nama kendaraannya Rush. Pengemudinya seorang anak muda Sandi namanya merangkap guide juga. Pokoknya keliling pulau sak puasnya. Mau brenti dimana saja bisa. Sampai jam berapa saja silahkan.

Ada beberapa mesjid kecil, bagus dan bersih di
jalan lingkar Pulau Tidore

Jalan sepanjang pulau itu bersih banget. Jalan aspalnya bagus. Sepi. Pemandangan di kanan bagus. Laut yang mengelilingi pulau. Itu  laut Tidore. Trus yang saya suka di pulau Tidore ini, bersihnya itu lho. Rumah-rumah juga menggunakan pager yang warna dan bentuknya sama. Apalagi pas lewat kota Soasio, wadow bersihnya. Jujur saya suka dengan kota ini.

Terus terang saya sengaja datang ke Pulau Tidore, soalnya pulau ini kan memang sudah beken dari dulu. Dari jaman penjajahan, jaman Portugis dan Spanyol masuk ke sini lantaran untuk perdagangan rempah-rempahnya. Jadi ya ingin melihat peninggalan-peninggalannya. Atau juga melihat kebun pala dan cengkehnya misalnya. Karena dua tanaman palawija inilah yang bikin bule-bule berlomba masuk ke Indonesia melalui Maluku Utara.
Bersama Bu Atik di Benteng Tahula



Pak Din Andong yang menemani kami
dengan latar belakang Kedaton Sultan Tidore

Dalam perjalanan itu saya sempat naik ke Benteng Tohula.  Lumayan agak diketinggian. Saya membayangkan benteng ini benteng yang megah. Misalnya seperti Benteng Kalamata di Ternate. Atau paling enggak ada sisa meriam-meriamnya dan benda-benda lainnya. Ada museum kecilnya. 

Ternyata di sana nggak ada apa-apa. Jangan kan meriam atau museum. Penunggu benteng juga tak ada. Sediiiih deh melihat peninggalan bersejarah kok di sia-siakan. Beruntung dari atas pemandangan Kota Soasio itu indah. Jadi ada obatnya deh jauh-jauh naik ke atas. Ternyata saya terkecoh. Tangga menuju ke atas sih oke, berwarna warni terawat. Tapi justru bentengnya merana.

Pantai Akesahu
di sini wisatawan bisa menikmati air panas 
Selepas dari benteng, saya meneruskan perjalanan. Saya  sempat mampir di Kedaton tempat kediaman Sultan Tidore, trus ke pantai Akesahu yang ditepinya ada air panasnya, ke kampung pandai besi melihat pengrajin besi  di Desa Toloa, juga mampir ke pantai Tugulufa yang di depannya ada Pulau Halmahera juga ke pasar Sarimalaha.

Kalau soal kuliner, wah, begitu datang saja saya sudah langsung beli nasi jaha, itu nasi bambu yang dipotong-potong. Beli untuk diperjalanan. Soalnya si penjualnya ada di depan mata banget, di muka pasar. Lumayan untuk di perjalanan. Sepotong nasi jaha hanya Rp 2000,-.

Seorang Penjual nasi jaha
Siang harinya sempat makan di rumah makan Ratu Sayang. Makan ikan trus saya tambahi pisang rebus bumbu santen. Masakan ibu Khotijah ini, walaaah mantaf sekali.

Selesai jalan-jalan, langsung saya kembali ke Pulau Ternate. Kali ini saya charter sebuah boat hanya dengan Rp 50 ribu rupiah. Lumayan bisa cepat nggak perlu tunggu-tungguan mencari penumpang lain.

Ini memang hanya cerita sepintas saat keliling melalui jalan darat lingkar Pulau Tidore. Tapi suatu saat saya pasti cerita banyak lagi soal pulau yang indah ini. Tidore, luv U.



4 comments:

  1. Trima kasih ya Mas Imran. Trima kasih juga sudah mempir.

    ReplyDelete
  2. Terima kasih mba ira, sudah mengisahkan kota ku kepada teman-teman mba. dari timur jauh ku doakan semoga sehat dan dimudahkan dalam setiap urusan, semoga dipanjangkan usia dan kita pertemukan ketika mba kembali mengunjungi kampung ku. salam

    ReplyDelete
  3. Mas Moehdar Jhoe,
    sama-sama. Trima kasih juga doanya. Saya senang sekali di sana. Pulau yang berpemandangan indah, bersih dan teratur sekali pemukimannya. Saya ingin kembali lagi ke sana di suatu saat.

    ReplyDelete

Terbayang-bayang Pulau Maratua

Terbayang - bayang Pulau Maratua

Sore hari di Pulau Maratua Dalam trip saya ke Kepulauam Derawan, maka saya singgah di beberapa pulaunya. Di antaranya  pulau Maratua,...

Main Ke Stone Garden