Ini pengkang yang siap dimakan. Tuh ebinya kelihatan kan ? |
Hmmmm, enak bangeeet !
“ Coba deh !”, begitu kataku sambil memberikan pengkang
pada temen-temen seperjalananku, Reni, Suryani dan Ida.
Pengkang ini saya dapatkan di km 30 dalam perjalanan dari Pontianak
menuju Singkawang. Di tepi jalan Peniti,
ada sebuah rumah makan yang ditandai dengan sebuah tugu di tepi kanan jalan
raya. Pondok Pengkang tulisannya. Di depan pondok tersebut, banyak sekali kendaraan roda 2 dan 4 parkir. Ramai tamu, berarti masakannya pasti ueenak !
Buat saya, pengkang itu mirip beberapa makanan yang
pernah saya makan. Bisa mirip bacang ketan. Bisa mendekati ketan bumbu. Bisa
juga mirip lemper. Hanya beda bentuk dan
variasinya saja. Juga cara
mengemasnya unik. Trus lantaran
modifokasi isinya itu jadi membuat
rasanya lebih oke. Lebih gurih. Apalagi ada saus nya. Weleh, weleh, weleh !
Sambel Kepah temannya Pengkang |
Kalau dibilang lemper atau bacang ketan ataupun ketan
bumbu, soalnya memang pengkang dibuat sama-sama dari beras ketan putih . Samakan
dengan makanan yang baru saya sebut ? Pengkang itu memang dari beras ketan
putih dimasak dengan santan. Setelah itu
dibungkus dengan daun pisang dan diberi ebi. Jadi kebayangkan gimana gurihnya
itu. Padahal ebinya juga nggak banyak
banyak amat. Hanya beberapa.
Memasaknya ? Pengkang itu dibakar. Cuman cara membakarnya yang unik. Gini : sepasang pengkang yang
dibungkus daun pisang dengan bentuk segitiga itu dijepit bambu kecil, lantas
dibakar di atas bara api dari sabut dan batok kelapa. Sekali bakar, dibakarlah berderet-deret
jepitan pengkang, seperti layaknya membakar sate yang dibakar berjajar-jajar. Hasil
bakaran ini juga kale yang semakin menguatkan aroma khas pengkang. Pake daun
pisang, pake sabut dan batok kelapa
Pengkang saat masih dalam bungkus daun pisang dan dicapit bambu. |
Pengkang dimakan polosan gitu aja enak. Tapiiii, lebih enak kalau memakai sambel kepah. Sambel kepah itu merupakan tumisan dari
semacam kerang yang diambil dari hutan mangrove. Pedasnyaaaaa. Manisnyaaaa sambel. Pas dicoel dengan pengkangnya. Haduuuuh,
bener-bener maknyus deh kalau menggunakan istilahnya Bondan Winarno.
Makanya begitu saya pulang dari Singkawang menuju ke Pontianak, saya
brenti lagi di desa yang teletak di kecamatan Siantan untuk membeli pengkang. Gak nanggung-nanggung. Temen-temenku semua membeli
pengkang untuk dibawa ke esokan harinya ke Bandung. Ternyata Pengkang dan
Sambel Kepahnya tahan 2 hari. Sampai di Bandung masih enak tuh.
Yang lebih bikin seneng lagi, ternyata
anak-anak dan suamiku juga suka pengkang.
Wadow, kalau sudah begini, jadi pengen balik lagi ke
Pontianak buat ngeborong Pengkang.
Huhuyyyy ! (ira)
Membakar Pengkang. |
No comments:
Post a Comment