Lampion di jalan-jalan di Singkawang |
Beberapa orang
teman bilang¸: “Kalau ke Pontianak, usahakan mampir ke Singkawang “. Sementara
, info lainnya yang saya dapat, “ Cap Go Meh di Singkawang itu luar biasa
ramainya”.
Penasaran juga
kan ?
Ternyata saya
beruntung. Saya bisa datang ke Singkawang
pas Perayaan Cap Go Meh 24 tFebruari tahun 2013. Jadi memang ramainya luar biasa di
kota 1000 kuil itu.
Asyiknya saya tiba sesudah magrib di kota Singkawang.
Setelah melakukan perjalanan darat kurang lebih 4 jam an dari Pontianak. Sepanjang mata memandang, yang terlihat
gantungan lampion berwarna merah.
Seisi kota seakan
tak mau tertinggal untuk merayakan Imlek
yang sudah berlangsung 2 minggu dan ditutup dengan Pesta Cap Go Meh.
Rumah-rumah berlampion. Rumah-rumah toko pun memajang lampion. Perkantoran apa
lagi. Ada lampion yang besar. Banyak juga yang kecil. Jalanan pun di atasnya bergelantungan
lampion. Sumpah keren abizzzz.
Malam itu, banyak
tamu dari luar kota datang ke
Singkawang. Dari luar maupun dalam negeri. Jangan heran kalau jalanan jadi padet, macet
kendaraan dimana-mana. Serasa di Bandung gitu yang sekarang banyak macetnya. Memang
saat ini, Pesta Imlek dan Cap Go Meh bukan lagi pesta orang-orang Tionghoa, tapi
sudah menjadi pesta rakyat. Pesta yang ditunggu oleh semua orang. Di
Singkawang, semua tujuannya sama, nonton
Pawai Tatung ke esokan harinya.
Salah satu panggung di Stadion Kridasana |
Saat itu saya
sempat mampir di Stadion Kridasana. Ramai sekali orang berkumpul di sana. Soalnya memang ada
panggung terbuka dan semacam pasar malam. Di lokasi ini saya hanya sempat foto-fotoan di lampion naga raksasa. Bagus
banget hiasan naganya. Trus di sekitar gerbang
Tiananmen yang banyak ornamen
warna warni berlampu. Orang-orang dilokasi ini sibuk berfoto. Saya pun menyempatkan foto dengan Dewi Kuan Im. Dengan pose apa pun dewi yang satu ini selalu
menarik perhatianku. Ya kecantikannya, kelembutannya dan hatinya. Ia
memang melambangkan seorang dewi dengan kewelas
asihannya dan penyayang.
Naga Raksasa di Stadion Kridasana Singkawang Dikerumuni banyak orang |
Malam itu kami
makan malam di Villa Bukit Mas. Alhamdulillah, ada steamboat kesukaanku. Enak
dan seger sekali. Hmmmm yummy bangets. Capek-capek suguhannya gak mengecewakan. Lahap sekaleee.
Apalagi di sana sini nampak lampu-lampu bertebaran laksana kunang-kunang yang menari-nari dikegelapan.
Lampu-lampu itu memang lampu kamar-kamar hotel maupun dari perumahan yang
terletak jauh di sana. Semilir anginnya juga membantu badan yang so berkeringat
jadi kembali bersemangat.
Sekembalinya dari makan malam, kami masih balik menuju Vihara Tri Dharma
Bumi Raya yang terletak di jantung Kota Singkawang. Soalnya pas
kami lewat, banyak orang berkumpul di depan vihara tertua di Singkawang
ini. Banyak orang berkumpul di luar
vihara. Saya perhatikan, suasana terramai memang di depan vihara ini.
Saya sempatkan
masuk ke vihara. Jujur saja kangen dengan aroma asap dupanya. Benar saja, di dalam penuh sesak.
Banyak yang berdoa, banyak juga
fotografernya. Syukurlah, meski semua
ingin mengambil gambar terbaik, para pemotret masih mengerti etika.
Masing-masing berusaha tidak mengganggu mereka yang sedang beribadah. Berada di sini, tak hanya dalamnya saja yang
menarik.
Lilin di Vihara Tri Dharma Bumi Raya |
Uh, warna merah dan warna
keemasan yang menjadikan tempat
beribadah ini nampak anggun.
Ornamen-ornamen
di bagian luar juga punya daya tarik
tersendiri. Saya tak henti-hentinya mengambil banyak ornamen di sana. Sedang
enak-enaknya motret, tau-tau, bres ! Hujan turun. Saya lari ke mobil. Bahkan
orang yang ramai di depan vihara pun berlarian kocar kacir mencari tempat yang
teduh. Bubar dengan sendirinya.
Pas pulang kami masih sempat melewati tempat pelelangan
dan juga pasar. Di sana banyak seeekali gerobak
makanan. Ternyata inilah Pasar Hongkong yang terkenal di Singkawang itu. Pasar yang ,membuat kota Singkawang itu hidup. Soalnya pasar ini baru
mulai kegiatan di sore hari dan tutupnya menjelang subuh. Jadi kalau malam hari
kita laper di Singkawang, ya tinggal datang ke sana, semua tersedia untuk
memanjakan perut.
Lewat pasar itu,
saya laper lagi. Tapi kalau berhenti, bisa kemalaman. Pas lihat jam, wadow, udah jam sebelas malam.
Padahal besok pagi jam 07.00 gitu sudah harus berada di lokasi untuk nonton
Tatung, kalau mau dapet tempat yang enak dan strategis. Sumpah
deh, kalau ngikutin hati sebenarnya belum pengen pulang ke hotel. Terbayang saja ramainya jalanan dengan suara
motor anak muda yang meraung-raung.
Sampai dihotel, kamarku
di serobot orang. Semula kami bakal dapet VIP, akhirnya dapet standart. Males
ribut-ribut, mana capek, mana ngantuk, sudah hampir jam 12 malam, saya terima
saja kamar itu. Habis mau kemana lagiiiiiii? Kalau saya ribut, bakalan dapet
kamar bagus gitu ? Semua hotel di Singkawang sudah full. Bahkan yang tidur di
rumah penduduk juga banyak. Yang tak kebagian hotel pun pada hari H pagi pagi
berangkat dari Pontianak ke Singkawang.
Halah, cuman
tidur beberapa jam saja, nggak apa lah. Cuman yang membuat saya sempat mau
muntah di awal masuk kamar, soalnya bau kamar mandinya itu lho yang gak
nahan. Mungkin sudah lama kamar itu
termasuk kamar mandinya tak digunakan. Untungnya kamar tidurnya besar. Dibantu
oleh mas petugas hotel, posisi tempat
tidurnya dipindahkan. Menjauh dari kamar
mandi. Mendekat ke jendela.
Selesai mandi dan
sholat, saya tidur. Saya masih sempat ngobrol sama Suryani. Sebelum tertidur, saya lalu merenung-renung. Meski kesel, tapi kamar ini
masih lumayan kalau saya banding-bandingkan. Lalu terbayang lah saya, gimana
dinginnya tidur dalam kemah di Gunung Papandayan. Atau pas tidur di lantai
bambu dari sebuah rumah bambu di Baduy Dalam. Mana dingin, mana banyak angin
masuk dari celah-celah bilik anyaman bambu.
Atau pas tidur di lantai kelas SD Negeri di Pulau Moyo NTB. Atau pas tidur malam di selembar busa tipis
di dalam kapal yang menyusuri Sungai
Mahakam selama 14 jam. Emang enak ?
Di hari pertama
perjalanan saya dari Bandung – Jakarta – Pontianak – Singkawang, inilah
satu-satunya kekurangan yang terjadi. Dalam perjalanan kan selalu saja ada
kekurangannya. Ada saja hal-hal yang tak terduga. Kadang surprise, kadang bikin dongkol. Tapi inilah sebuah resiko
dalam perjalanan. Alhamdulillah, saya
amat menikmati perjalanan saya dengan segala fasilitas yang nyaman.
Alhamdulilah, saya juga bisa menikmati
trip saya dengan segala failitas yang minim, sederhana bahkan nggak terbayang
sebelumnya.
Makin banyak
tantangan dalam perjalanan, makin sigap lah kita dalam pengambilan
keputusan-keputusan dalam perjalanan. Makin bijak juga kita menyikapinya. Sepanjang kita bisa menerima
kekurangan-kekurangan dadakan yang terjadi dalam perjalanan, maka perjalanan
itu tetaplah menjadi perjalanan yang
menyenangkan. (ira).
No comments:
Post a Comment