Lokasinya di Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, hanya 12 km dari Kota Batu. Jalan menuju ke sana mudah. Jalan beraspal dan banyak petunjuk. Perjalanan menuju lokasi Cuban Rondo, luar biasa pesonanya. Pengunjung akan disuguhi alam yang hijau. Hutan pinus kami lewati. Sengaja jendela kendaraan saya buka, untuk menghirup udara segar hutan pinus. Hutan tersebut terletak pada ketinggian 1135 meter di atas permukaan laut. Jadi hawanya sejuk sekaleeee.
Lokasi-lokasi yang biasa digunakan untuk outbond juga saya lewati. Bahkan saya sempat masuk ke lokasi perkemahan mahasiswa yang sedang mengikuti training untuk leadership. Warna warni perkemahan begitu indah diantara batang-batang pinus yang berderet tak henti.
Cipratan air di bawah. Dingin. Tapi bikin segar.
Melintas hutan di sana, saya sempat memotret sebuah bunga yang indah. Ungu warnanya. Bahkan saya sempat juga membeli sebuah anggek hutan. Anggrek yang tengah berbunga itu saya beli dari pedagang bunga yang punya koleksi anggrek hutan dari kawasan wana wisata Cuban Rondo. Berwarna hijau muda dengan serat bulu berwarna coklat. Anggrek yang sudah langka.
Tiba di lokasi, saya sama sekali tak menyangka. Soalnya dari arena parkir, saya hanya melewati beberapa meter saja jalan menuju air terjun. Agak sedikit menanjak, tau-tau air terjun yang indah sudah berada di depan mata.
Saya mendekat ke air terjun yang memiliki ketinggian 60 meter itu. Rintik-rintik air terjun yang jatuh ke badan saya menyegarkan kulit. Saya lalu sengaja membasuh tangan dengan air yang terletak di bawah air terjun. Dinginnya dan sekaligus terasa segar. Namanya juga air gunung.
Selalu ada air, meski musim kemarau
Meski bukan hari libur banyak pengunjung yang datang ke sana. Pasang-pasangan muda nampak terlihat. Mojok di bebatuan besar yang terletak dialiran air yang jatuh dari air terjun. Saya juga sempat menawarkan jasa pemotretan ketika mereka saling potret memotret.
“Saya potret berdua, mbak !”, tanya saya menawarkan diri.
Mereka spontan mengangguk sembari menyerahkan ha pe nya pada saya.
Lalu mereka berpose. Berpelukaaaan !
Air terjun yang mulai dibuka sebagai kawasan wisata pada tahun 1980 ini, mempunyai sebuah legenda. Percaya nggak percaya, tapi buktinya cerita ini masih tetap hidup di kawasan itu. Begini nih, ceritanya dulu ada sepasang pengantin baru, Dewi Anjarwati dan Raden Baron Kusumo. Di suatu hari, mereka melakukan perjalanan ke Gunung Anjasmoro. Diperjalanan mereka bertemu dengan Joko Lelono. Meski baru berjumpa, ternyata Joko Lelono langsung jatuh cinta pada Dewi Anjarwati. Terjadilah pertempuran sengit antara Raden Baron Kusumo dengan Joko Lelono dan berakhir dengan gugurnya mereka berdua. Pada saat pertempuran itu, Dewi Anjarwati menunggu ditempat persembunyiannya di kawasan air terjun. Tempat ini dikemudian hari dikenal dengan nama Coban Rondo.
Tebing-tebing yang berada di kawasan air terjun memang curam-curam dan tinggi. Bagi mereka yang suka dengan tantangan alam, pasti tertarik untuk memanjat tebingnya. Dari sana sudah terbayang indahnya pemandangannya. Tapi di sana kerap longsor. Jadi, jangan nekad. Ada peringatan “ Dilarang naik tebing “.
Cantik sekali, Bunga ungu yang saya lihat di sekitar lokasi. Hutan Pinus Cuban Rondo |
Begitu selesai, saya masih sempat mampir ketempat jagung bakar.
Jagung bakarnya baru saya makan di mobil saat meninggalkan lokasi air terjun.
Swear nyesel banget. Nyesel cuman beli tiga jagung.
Satu pak Supir. Satu Mbak Emi dan satu lagi untuk saya.
Padahal jagung bakarnya yang masih hangat itu uenaaaak sekali !
Mau tambah lagi, yaaaach, lokasi jagung bakar sudah jauh tertinggal. *** (ira).
sip, sip, ntar kapan-kapan jalan ke sini....
ReplyDelete