Wednesday, August 17, 2011

Benteng Van Der Wijk ditengah Keramaian


Nama Benteng Van Der Wijk itu saya kenal bertahun-tahun. Tulisan nama benteng tersebut terpampang pada sebuah papan petunjuk di jalan raya kota Gombong. Jalan raya itu selalu saya lewati, setiap kali saya melakukan perjalanan dari Bandung ke Magelang, melalui jalur selatan.

Kalau sampai nggak pernah mampir, ya kebangetan. Jadi memang harus di sempatkan. Dari jalan raya ke benteng, hitungannya dekat banget. Persis di tepi jalan raya.

Dulunya sih memang yang terletak di situ hanyalah benteng Van Der Wijk saja. Tapiiiiii, tau aja kan kalau sudah bicara sebuah peninggalan bersejarah, tak banyak orang yang datang. Ogaaaah ! Tak menarik. Paling bangunan itu hanya ditengok oleh segelintir orang-orang yang suka sejarah. Orang-orang yang suka dengan segala sesuatu yang kuno. Lainnya ? Halah mending jalan-jalan di mall, di pantai, ngopi di kafe dan sebangsanya deh.





Untuk membangkitkan selera masyarakat agar sering menengok benteng ini, maka di sekitar benteng dibangun taman hiburan. Sehingga suasana benteng jadi ramai. Mau tak mau, orang yang main ke taman hiburan, pasti akan menengok benteng. Benteng merah yang memang berwarna merah
ini sangat terpelihara. Menarik untuk dikunjungi. Wong dekat, di tanah yang mendatar. Jadi gampang banget dateng kebentengnya itu. Kalau dari gerbang depan juga tinggal naik kereta-keretaan beratap untuk pengunjung.Nggak capek, nggak kepanasan lagi.

Benteng yang satu ini dibangun pada jaman Belanda. Konon untuk kawasan Jawa sebelah selatan, Benteng Van Der Wijk merupakan benteng pertahanan darat terbesar. Waktu itu benteng tersebut dibangun untuk keperluan logistik dan senjata saat bertahan menghadapi terjadi perang Diponegoro, berkisar pada tahun 1825 - 1830.

Di kemudian hari, di tahun 1856 an, benteng ini sempat menjadi sekolah calon militer (Pupilen School) untuk anak-anak keturunan Eropa. Mantan presiden RI, Soeharto pernah juga sekolah di sini.



Selanjutnya benteng ini masih digunakan sebagai gudang logistik dan senjata, saat Jepang masuk ke Indonesia. Sayangnya, semua tulisan yang ada di tembok-tembok dinding pada benteng tersebut di cat hitam. Tentu hal ini ditujukan untuk menghilangkan semua pengaruh Belanda. Akibat dari pemusnahan semua catatan yang ada, maka banyak yang terputus. Misalnya sampai sekarang tak ada yang tahu pasti, nama Van Der Wijk itu dari mana ?

Pada jaman kemerdekaan, benteng merah ini sempat digunakan oleh tentara – TNI AD. Cukup lama juga sih. Baru di tahun 2000 an, benteng ini tampil beda setelah dikelola oleh swasta. Bentengnya sih tetep saja, tapi adanya wisma tempat menginap dan tempat hiburan, membuat tempat itu menjadi tempat yang menyenangkan. Bahkan menjadi tempat favorit keluarga maupun para ABG.

Saya merasakan sesuatu yang beda saat berada di sana. Masuk di sebuah benteng biasanya sepi dan hening. Tapi di sini ramai sekali. Ada suara kereta, ada suara musik yang kerasnya luar biasa. Belum lagi suara dari permainan-permainan yang ada. Kayaknya heboh ! Berisik. Tapi mending begini dari pada sunyi senyap.Nakutin.

Begitu mau masuk benteng, pengunjung akan melewati pintu utama. Di atas lubang pintu yang melengkung tertulis Benteng Van Der Wijk Gombong. Benteng berdenah segi delapan ini nampak masih kokoh. Apalagi di dekat pintu nangkring sebuah tank berwarna loreng. Jadi kesannya tentara banget. Dari pintu utama ini, di sisi kiri dan kanannya pengunjung bisa masuk ke banyak ruangan-ruangan berderet panjang. Di dinding ruang tersebut, banyak tergantung foto-foto dokumentasi jaman dulu kala.

Sedangkan kalau tak masuk ke ruangan di sisi kiri dan kanan, agak terus sedikit, pengunjung langsung bertemu dengan halaman yang dikelilingi dengan bangunan benteng ber lantai 2. Berada di situ, pengunjung bisa melihat benteng dengan deretan pintu di bawah dan jendela-jendelanya. Di beberapa jendela bagian atas banyak pengunjung yang berdiri di situ. Nonton benteng dari lantai 2 ini lebih asyik lagi. Nuansanya beda. Meski yang dilihat hanya pintu dan jendela doang. Atau melihat kereta yang melintas di halaman membawa penumpang keliling kawasan benteng.

Jangan dilewatkan, naik kereta yang letaknya di puncak benteng. Wah !
Kereta ini keliling beneran di atas benteng. Pemandangan yang terlihat adalah susunan genteng dari benteng ini. Trus lagi segala sesuatunya yang ada di sekitar benteng ini.

Memang diperlukan kreativitas untuk mendatangkan orang ke benteng tua ini. Mengkombinasikan antara yang bersejarah dengan hiburan masa kini. Mau nggak mau lah ya, wisatawan sudah berada dilokasi itu menengok benteng. Awalnya berenang atau mengikuti hiburan lainnya. Setelah selesai, penasaran juga kan jalan-jalan ke benteng kuno ini. Mungkin inilah salah satu cara agar orang tak melupakan peninggalan sejarah masa lalu. *** (ira).


2 comments:

  1. menambah pengetahuan sejarah
    rekreasi di benteng van der wijck
    terima kasih artikelnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Syukurlah kalau artikel ini ada manfaatnya. Terima kasih mas Imron sudah membaca artikel ini.

      Delete

Terbayang-bayang Pulau Maratua

Terbayang - bayang Pulau Maratua

Sore hari di Pulau Maratua Dalam trip saya ke Kepulauam Derawan, maka saya singgah di beberapa pulaunya. Di antaranya  pulau Maratua,...

Main Ke Stone Garden