Saya pernah mampir ke Bengkulu tahun 1988 an. Meski sudah cukup lama, tapi saya masih menyimpan fotonya. Keliling kota Bengkulu, naik taksi.
Saya beruntung mendapat seorang pengemudi taksi yang baik. Banyak cerita dan ramah. Pada masa itu informasi kota Bengkulu tak semudah sekarang. Internet belum ada. Jadi saya tahunya, Bengkulu itu ya Benteng Marlborough. Satu lagi si Puspa Langka, Bunga Raflesia Arnoldi. Lainnya nggak tauk !
Lagi enak-enaknya jalan, mendengarkan ocehan mas supir, tiba-tiba mobil berhenti di sebuah makam.
“ Ini makamnya Pejuang Sentot Prawirodirdjo”, ungkap si mas taksi.
Saya terdiam sesaat. Saya langsung ingat dengan pelajaran sejarah. Itu lho pada Perang Diponegoro yang terjadi tahun 1825 – 1830 di Jawa Tengah. Salah satu panglima perangnya adalah Sentot Prawirodirdjo atau juga dikenal dengan nama Sentot Alibasyah.
“ Ini makamnya Pejuang Sentot Prawirodirdjo”, ungkap si mas taksi.
Saya terdiam sesaat. Saya langsung ingat dengan pelajaran sejarah. Itu lho pada Perang Diponegoro yang terjadi tahun 1825 – 1830 di Jawa Tengah. Salah satu panglima perangnya adalah Sentot Prawirodirdjo atau juga dikenal dengan nama Sentot Alibasyah.
Ceritanya, pada waktu itu, Sentot Prawirodirdjo dan para pengikutnya menjadi tawanan Belanda setelah kalah perang di tanah Jawa dan dibuang ke Sumatera. Suatu saat kepiawaian Sentot Prawirodirjo dalam strategi perang dimanfaatkan oleh Belanda untuk menghadapi Imam Bondjol dalam Perang Paderi. Rupanya terlihat oleh Belanda bahwa kiprah Sentot Prawirodirdjo dan pengikutnya tidak berpihak kepada Belanda. Menyaksikan ini semua maka Sentot Prawirodirdjo dan pengikutnya ditangkap oleh Belanda.
Setelah beberapa kali dipindahkan akhirnya Sentot dibuang ke Bengkulu tahun 1843 . Di sana Sentot Prawirodirdjo terus berjuang melawan Belanda sampai akhirnya beliau wafat di Bengkulu. Dimakamkan di tempat yang saya datangi ini. Di Kelurahan Bajak, Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu. Begitu sih secara ringkas si mas taksi menceritakan pada saya. Salut dia begitu hafal. Ditanya apa saja dia ngerti. Sayang saya lupa nama si mas taksi yang energik dan ramah ini.
Siang itu suasananya sepi. Mas penjaga makan juga tidak ada. Tapi biasanya banyak orang yang datang berziarah ke makam Sentot Prawirodirdjo ini, begitu uangkap mas supir taksi lagi. Kami lalu turun sebentar dan berziarah. Meski tanpa membawa bunga, tapi yang penting kami dapat mendoakan Sentot Prawirodirdjo.
Setelah selesai, kami segera keluar dari makam. Pintu pagar saya tutup kembali. Trus saya langsung cetrat cetret mengambil gambar makam tersebut. Saya tinggalkan makam itu. Sebuah makam yang begitu terawat. Bersih. Berwarna putih.
Yach, sampai makam itu saya tinggalkan, saya tak jumpa dengan si mas penjaga makam. *** (ira)
"Kontroversi Petilasan / Makam Kembar Raden Ali Basah Sentot Prawirodirdjo".
ReplyDeleteSilakan disinak dengan Nurani & Akal Sehat.
Tidak untuk diperdebatkan dengan anfsu angkara murka.
Terima kasih. Salam
http://akucintanusantaraku.blogspot.com/2014/03/sentot-prawirodirjo-ali-basyah.html